Courtesy of Forbes
Brainshift: Mengungkap Alasan Dibalik Perubahan Sikap Drastis Terhadap TikTok dan AI Medis
03 Feb 2025, 11.30 WIB
113 dibaca
Share
Pada Maret 2024, pemerintah AS mengambil langkah besar untuk melarang TikTok, aplikasi media sosial yang sangat populer, karena kekhawatiran keamanan nasional. Kongres dan Mahkamah Agung mendukung keputusan ini, tetapi hanya dalam waktu 24 jam, TikTok kembali online setelah Presiden Trump mengumumkan penundaan selama 75 hari. Para pembuat undang-undang yang sebelumnya mendukung larangan tersebut tiba-tiba diam, menunjukkan perubahan pandangan yang mencolok terhadap TikTok. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan konsep "brainshift," di mana persepsi manusia dapat berubah dalam situasi yang penuh tekanan atau peluang, membuat mereka mengabaikan ancaman yang sebelumnya dianggap serius.
Proses brainshift ini tidak hanya terjadi dalam politik, tetapi juga dalam bidang kesehatan. Misalnya, meskipun teknologi AI memiliki potensi besar untuk mengurangi kesalahan medis dan menyelamatkan nyawa, banyak pembuat kebijakan lebih fokus pada risiko yang mungkin ditimbulkan oleh AI. Hal ini menciptakan ketidakseimbangan dalam persepsi, di mana kesalahan manusia yang menyebabkan kematian tidak mendapatkan perhatian yang sama seperti risiko AI. Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi pemimpin kesehatan dan politik untuk mencari perspektif yang beragam dan menjaga transparansi dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik dan mengurangi dampak negatif dari brainshift.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/robertpearl/2025/02/03/the-tiktok-reversal-and-the-science-of-illogical-medical-decisions/
[1] https://www.forbes.com/sites/robertpearl/2025/02/03/the-tiktok-reversal-and-the-science-of-illogical-medical-decisions/
Analisis Ahli
George York
"Brainshift adalah mekanisme adaptif otak yang memungkinkan manusia berfungsi secara efektif di tengah ancaman, meski menyebabkan distorsi dalam penilaian risiko yang bisa memicu keputusan irasional."
Johns Hopkins Researchers
"Kesalahan medis adalah salah satu faktor kematian terbesar di AS dan menjadi masalah kritis yang harus segera diatasi melalui inovasi teknologi seperti AI."
FDA Advisory Panel Experts
"Persetujuan Aduhelm adalah keputusan kontroversial yang tampaknya mengorbankan bukti ilmiah demi harapan dan tekanan politik, yang menimbulkan keraguan pada integritas proses regulasi."
Analisis Kami
"Fenomena brainshift menunjukkan bahwa keputusan politik dan medis tidak semata-mata didasarkan pada fakta, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh tekanan eksternal dan kebutuhan psikologis untuk meredakan ketidaknyamanan. Ini menunjukkan perlunya sistem pengawasan yang lebih ketat dan mekanisme transparansi agar kebijakan dan regulasi dilakukan secara objektif dan berdasar pada data, bukan sekadar persepsi yang berubah-ubah."
Prediksi Kami
Ke depan, jika brainshift tidak diatasi, pengambilan keputusan penting baik di bidang kesehatan maupun kebijakan publik akan terus dipengaruhi oleh persepsi yang bias dan tekanan politik, sehingga potensi teknologi seperti AI yang sangat bermanfaat mungkin terus dibatasi oleh ketakutan yang berlebihan.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang terjadi pada TikTok pada bulan Maret 2024?A
Pada bulan Maret 2024, pemerintah AS mengambil langkah untuk melarang TikTok karena kekhawatiran keamanan nasional.Q
Siapa yang mengeluarkan keputusan untuk melarang TikTok?A
Keputusan untuk melarang TikTok dikeluarkan oleh Kongres dan didukung oleh Mahkamah Agung.Q
Apa itu 'brainshift' dan bagaimana pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan?A
'Brainshift' adalah fenomena di mana persepsi manusia terdistorsi dalam situasi ancaman atau peluang, yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.Q
Mengapa FDA menyetujui obat Aduhelm meskipun ada penolakan dari para ahli?A
FDA menyetujui obat Aduhelm meskipun ada penolakan dari para ahli karena tekanan dari kelompok advokasi dan kekhawatiran tentang pendanaan.Q
Apa dampak dari kesalahan medis di AS?A
Kesalahan medis di AS menyebabkan lebih dari 250.000 kematian setiap tahun, menjadikannya sebagai penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.