Courtesy of Forbes
Mengapa Mengganti Pemimpin Transformasi Sering Gagal dan Solusinya
03 Feb 2025, 15.45 WIB
33 dibaca
Share
Laureen Knudsen adalah CTO dari Empower Consultant Group dan seorang pemimpin dalam bidang transformasi teknologi. Banyak organisasi yang ingin berinovasi sering kali memilih untuk merekrut eksekutif baru, seperti chief artificial intelligence officer (CAIO) atau chief digital officer (CDO). Namun, strategi ini sering kali tidak berhasil karena dapat menciptakan ketegangan dengan tim kepemimpinan yang sudah ada. Eksekutif yang baru dipekerjakan mungkin menghadapi tantangan dalam memahami budaya dan sistem organisasi, serta bisa merasa terhambat oleh pemimpin yang sudah ada yang merasa terancam oleh kehadiran mereka.
Sebagai alternatif, organisasi sebaiknya fokus pada kolaborasi dan memberdayakan pemimpin yang sudah ada. Daripada merekrut eksekutif baru, mereka bisa menggunakan konsultan untuk memberikan panduan tanpa mengganggu struktur yang ada. Dengan melatih dan mendukung pemimpin yang sudah ada, serta mendorong kerja sama antar departemen, organisasi dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk perubahan yang berkelanjutan. Transformasi yang sukses memerlukan keterlibatan semua pihak dan pemahaman mendalam tentang organisasi, bukan hanya mengandalkan satu orang untuk memimpin perubahan.
--------------------
Analisis Kami: Mengganti pimpinan transformasi dengan eksekutif baru seringkali lebih merusak daripada membantu karena mengabaikan kompleksitas budaya dan hubungan yang sudah ada. Pendekatan terbaik adalah membangun kapasitas dalam kepemimpinan internal sambil secara bijak melibatkan ahli eksternal sebagai pendamping, bukan pengambil alih.
--------------------
Analisis Ahli:
Laureen Knudsen: Penekanan pada kolaborasi dan pemberdayaan pimpinan internal adalah metode yang lebih efektif untuk transformasi dibandingkan dengan pendekatan rekrutmen CxO baru yang seringkali kontraproduktif.
--------------------
What's Next: Di masa depan, organisasi yang terus mengandalkan eksekutif luar sebagai penyelamat tunggal kemungkinan akan mengalami kegagalan transformasi dan menurunnya kepercayaan internal, sehingga lebih banyak perusahaan akan beralih ke model kolaborasi dan pemberdayaan internal.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/councils/forbestechcouncil/2025/02/03/the-pitfalls-of-hiring-a-new-cxo-to-drive-organizational-transformation/
[1] https://www.forbes.com/councils/forbestechcouncil/2025/02/03/the-pitfalls-of-hiring-a-new-cxo-to-drive-organizational-transformation/
Pertanyaan Terkait
Q
Siapa Laureen Knudsen dan apa perannya?A
Laureen Knudsen adalah CTO dari Empower Consultant Group dan seorang pemimpin industri dalam bidang transformasi.Q
Mengapa organisasi sering kali memilih untuk merekrut eksekutif baru untuk transformasi?A
Organisasi sering kali memilih untuk merekrut eksekutif baru untuk mendapatkan perspektif baru dan pengetahuan tambahan dalam menghadapi tekanan untuk berinovasi.Q
Apa saja tantangan yang dihadapi oleh eksekutif baru dalam proses transformasi?A
Tantangan yang dihadapi oleh eksekutif baru termasuk ketidakpahaman terhadap bisnis dan ketidakselarasan budaya organisasi.Q
Bagaimana cara terbaik untuk melakukan transformasi dalam organisasi?A
Cara terbaik untuk melakukan transformasi adalah dengan memberdayakan pemimpin yang ada dan mendorong kolaborasi lintas fungsi.Q
Apa dampak negatif dari merekrut pemimpin baru untuk memimpin perubahan?A
Dampak negatif dari merekrut pemimpin baru termasuk penurunan kepercayaan dan moral karyawan serta resistensi terhadap perubahan.