Courtesy of Forbes
Kenapa Kerentanan Keamanan Cloud yang Sudah Diketahui Masih Jadi Ancaman Besar
05 Feb 2025, 00.25 WIB
82 dibaca
Share
Organisasi saat ini memiliki pemahaman yang lebih baik tentang risiko keamanan siber di cloud, tetapi banyak insiden keamanan masih berasal dari kerentanan yang sudah diketahui namun tidak diperbaiki. Laporan ZEST Cloud Risk Exposure Impact Report 2025 menunjukkan bahwa 62% insiden berasal dari masalah yang sudah diidentifikasi oleh tim keamanan, tetapi tidak ditangani. Hal ini terjadi karena proses perbaikan yang rumit dan memakan waktu, sehingga ancaman tetap ada dan bisa dimanfaatkan oleh penyerang dengan cepat. Penyerang kini menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mempercepat serangan mereka, sementara tim keamanan masih bergantung pada proses manual yang lambat.
Dengan meningkatnya kecepatan serangan siber dan tuntutan dari regulator untuk memperbaiki kerentanan dengan lebih cepat, organisasi perlu beralih dari sekadar mendeteksi risiko ke strategi yang lebih fokus pada perbaikan. Mereka harus mempertimbangkan penggunaan teknologi AI untuk mempercepat proses perbaikan dan mengurangi backlog masalah keamanan. Jika tidak, mereka berisiko menghadapi sanksi yang serius dan kerugian finansial yang besar. Laporan ini menjadi pengingat penting bahwa kesadaran saja tidak cukup; tindakan cepat dan efisien sangat diperlukan untuk melindungi organisasi dari ancaman yang terus berkembang.
--------------------
Analisis Kami: Masalah utama di dunia keamanan siber cloud saat ini bukan hanya soal mengenali risiko, tapi bagaimana menjawabnya dengan cepat dan tepat. Tanpa investasi serius pada otomasi dan teknologi AI dalam proses remediasi, organisasi hanya memperpanjang ancaman yang bisa dicegah, membuka pintu besar untuk serangan berbahaya.
--------------------
Analisis Ahli:
Mor Levi: Seringkali kerentanan yang dieksploitasi telah lama diketahui, namun prioritas dan sumber daya adalah kendala utama perbaikan.
Snir Ben Shimol: Kesenjangan besar antara deteksi dan resolusi harus diatasi dengan automasi dan AI untuk merespon serangan dengan lebih cepat dan efektif.
--------------------
What's Next: Organisasi yang gagal mengadopsi solusi AI dan otomatisasi dalam proses remediasi akan semakin kesulitan memenuhi standar regulasi baru dan menghadapi risiko keamanan yang lebih tinggi, serta potensi sanksi finansial yang signifikan.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/tonybradley/2025/02/04/the-cloud-security-paradox-why-we-keep-losing-to-known-risks/
[1] https://www.forbes.com/sites/tonybradley/2025/02/04/the-cloud-security-paradox-why-we-keep-losing-to-known-risks/
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang menjadi penyebab utama insiden keamanan siber di cloud?A
62% insiden berasal dari kerentanan yang sudah diketahui tetapi tidak diperbaiki.Q
Siapa yang menjelaskan kesenjangan dalam teknologi remediasi?A
Snir Ben Shimol, CEO ZEST Security, menjelaskan kesenjangan dalam teknologi remediasi.Q
Apa yang dilakukan oleh Mandiant terkait dengan kecepatan penyerang?A
Mandiant menunjukkan bahwa penyerang dapat mengeksploitasi kerentanan dalam waktu rata-rata lima hari.Q
Mengapa SEC mulai menuntut waktu SLA yang lebih ketat?A
SEC mulai menuntut waktu SLA yang lebih ketat karena mereka menyadari bahwa hanya memiliki visibilitas tidak menjamin keamanan.Q
Apa yang harus dilakukan organisasi untuk meningkatkan kecepatan remediasi?A
Organisasi harus beralih dari model keamanan yang hanya berfokus pada visibilitas ke strategi yang berfokus pada remediasi.