Courtesy of YahooFinance

Minat Kontrak Berjangka Obligasi Pemerintah Inggris Melonjak di Tengah Volatilitas Pasar

05 Feb 2025, 22.08 WIB

95 dibaca

Minat terhadap kontrak berjangka obligasi pemerintah Inggris, atau gilt futures, meningkat pesat tahun ini. Jumlah kontrak yang beredar hampir tiga kali lipat dalam dua tahun terakhir, mencapai 987.000. Kenaikan ini dipicu oleh ketidakpastian di pasar, terutama setelah rencana pinjaman dari Menteri Keuangan Inggris, Rachel Reeves, yang menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan utang Inggris. Hasil obligasi 30 tahun melonjak ke level tertinggi sejak 1998 bulan lalu, tetapi biaya pinjaman mulai menurun saat investor mencari perlindungan dari guncangan di pasar saham.

Permintaan untuk obligasi semakin meningkat setelah rencana tarif impor Presiden AS Donald Trump yang berdampak negatif pada saham. Kepercayaan kembali ke pasar gilt Inggris terlihat dari tingginya jumlah kontrak terbuka. Tahun lalu, Bank of England menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi yang tinggi, dan tahun ini diperkirakan akan ada beberapa penurunan suku bunga. Pergerakan hasil obligasi Inggris juga menunjukkan fluktuasi yang lebih besar dibandingkan dengan obligasi AS dan Jerman, mencerminkan dinamika pasar yang kompleks.

Referensi:
[1] https://finance.yahoo.com/news/uk-bond-trading-nears-2018-150856563.html

Analisis Kami

"Kenaikan minat pada gilt futures mengindikasikan bahwa para investor semakin waspada terhadap risiko fiskal dan moneter dari pemerintah Inggris. Sementara itu, pergeseran kebijakan suku bunga dari Bank of England menambah dimensi kompleksitas yang membuat pasar obligasi lebih fluktuatif dan menarik untuk spekulasi serta lindung nilai."

Analisis Ahli

Caterina Caramaschi

"Return of confidence in the UK gilt market is clear from near-record open interest, indicating revived investor participation amidst market turbulence."

Prediksi Kami

Minat dan volume perdagangan futures obligasi pemerintah Inggris kemungkinan akan tetap tinggi karena ketidakpastian ekonomi dan kebijakan fiskal yang masih berlanjut, serta potensi perubahan suku bunga yang akan terus mempengaruhi volatilitas pasar.