Courtesy of Forbes
Kenapa Tenaga Kerja Siap AI Jadi Kunci Sukses di Era Teknologi Baru
12 Feb 2025, 14.45 WIB
79 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Keberhasilan DeepSeek menunjukkan pentingnya memiliki tenaga kerja yang siap AI.
- Organisasi perlu fokus pada upskilling dan perubahan budaya untuk mengintegrasikan AI.
- Survei menunjukkan bahwa banyak karyawan masih merasa tidak nyaman menggunakan AI, yang menjadi tantangan bagi perusahaan.
Keberhasilan mengejutkan tim di balik DeepSeek, sebuah startup kecerdasan buatan asal China, menunjukkan betapa pentingnya memiliki tenaga kerja yang siap menghadapi teknologi AI. Tim yang terdiri dari insinyur muda ini berhasil menciptakan platform AI yang lebih cepat dan lebih murah dibandingkan pesaing besar lainnya, yang membuat banyak perusahaan teknologi terkejut. Hal ini menunjukkan bahwa jika perusahaan-perusahaan besar dalam bidang AI bisa tertinggal, maka organisasi mana pun juga berisiko. Oleh karena itu, penting bagi setiap organisasi untuk menjadikan AI sebagai prioritas utama dan meningkatkan keterampilan karyawan agar mereka lebih nyaman menggunakan teknologi ini.
Namun, tantangan terbesar bukan hanya pada teknologi itu sendiri, tetapi juga pada cara organisasi bekerja. Untuk berhasil mengintegrasikan AI, perusahaan perlu fokus pada empat aspek penting: kepemimpinan, orang, budaya, dan proses. Meskipun banyak perusahaan berencana untuk berinvestasi besar-besaran dalam AI, hanya sedikit yang telah mulai mengintegrasikannya ke dalam praktik bisnis mereka. Survei menunjukkan bahwa banyak karyawan merasa tidak nyaman menggunakan AI dalam pekerjaan mereka, sehingga meningkatkan keterampilan menjadi hal yang mendesak. Organisasi perlu membangun tenaga kerja yang siap AI dan merombak cara kerja mereka agar dapat memanfaatkan potensi AI secara maksimal.
--------------------
Analisis Kami: Sukses DeepSeek mengingatkan kita bahwa kemenangan teknologi bukan hanya soal algoritma dan sumber daya besar, tapi juga tentang siapa yang dapat mengintegrasikan AI ke dalam budaya dan proses kerja dengan efektif. Jika organisasi tidak segera fokus pada pengembangan dan pelatihan karyawan terkait AI, mereka akan kehilangan momentum kritis dalam transformasi digital yang terus berkembang cepat ini.
--------------------
Analisis Ahli:
Andrew Ng: Keberhasilan adopsi AI tergantung pada integrasi manusia dan mesin; teknologi tanpa SDM yang siap hanyalah alat tanpa arah.
Fei-Fei Li: Budaya dan proses di organisasi harus berubah agar AI dapat menjadi pendorong inovasi nyata, bukan sekadar teknologi yang dipaksakan.
--------------------
What's Next: Di masa depan, perusahaan yang tidak berinvestasi serius dalam pelatihan AI bagi karyawannya dan tidak mengubah budaya serta proses kerja akan kalah bersaing dengan perusahaan yang sudah membangun tenaga kerja AI-ready dan beradaptasi dengan cepat.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/juliadhar/2025/02/12/people-get-ready-the-challenge-of-building-an-ai-ready-workforce/
[1] https://www.forbes.com/sites/juliadhar/2025/02/12/people-get-ready-the-challenge-of-building-an-ai-ready-workforce/
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang membuat DeepSeek menarik perhatian internasional?A
DeepSeek menarik perhatian internasional karena kemampuan AI-nya yang canggih dan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaingnya.Q
Mengapa penting bagi organisasi untuk memiliki tenaga kerja yang siap AI?A
Penting bagi organisasi untuk memiliki tenaga kerja yang siap AI agar dapat memanfaatkan teknologi ini secara efektif dan bersaing di pasar.Q
Apa hasil survei BCG tentang prioritas strategis perusahaan terkait AI?A
Hasil survei BCG menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat eksekutif C-suite menganggap AI sebagai salah satu prioritas strategis utama untuk 2025.Q
Apa tantangan utama dalam mengintegrasikan AI ke dalam organisasi?A
Tantangan utama dalam mengintegrasikan AI adalah mengubah cara organisasi bekerja, termasuk kepemimpinan, budaya, dan proses.Q
Bagaimana survei Gallup menggambarkan kenyamanan karyawan dengan AI?A
Survei Gallup menunjukkan bahwa banyak karyawan merasa tidak nyaman menggunakan AI, dengan hanya 16% yang merasa nyaman melakukannya.