Sakana dan AI Pertama yang Diterima Peer Review, Tapi Ada Tenggatnya
Courtesy of TechCrunch

Sakana dan AI Pertama yang Diterima Peer Review, Tapi Ada Tenggatnya

12 Mar 2025, 23.00 WIB
57 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • AI memiliki potensi untuk membantu dalam penelitian ilmiah, tetapi masih banyak tantangan yang harus diatasi.
  • Transparansi dan kolaborasi dengan peneliti manusia sangat penting dalam penggunaan AI dalam sains.
  • Perlu ada norma dan pedoman yang jelas mengenai penelitian yang dihasilkan oleh AI untuk menjaga integritas proses ilmiah.
Sakana, sebuah startup Jepang, mengklaim bahwa AI mereka berhasil menghasilkan publikasi ilmiah yang pertama kali ditinjau oleh rekan sejawat. Meskipun klaim ini tidak sepenuhnya salah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Sakana menggunakan sistem AI bernama The AI Scientist-v2 untuk membuat tiga makalah yang kemudian diajukan ke sebuah workshop di konferensi ICLR. Salah satu makalah diterima, tetapi Sakana segera menariknya untuk menjaga transparansi. Mereka mengakui bahwa AI mereka kadang membuat kesalahan dalam mengutip sumber dan bahwa makalah tersebut tidak melalui proses peninjauan yang ketat seperti publikasi ilmiah lainnya.
Beberapa peneliti menganggap hasil Sakana sedikit menyesatkan, karena manusia masih terlibat dalam memilih makalah yang dianggap layak. Mereka juga mencatat bahwa workshop tersebut lebih mudah untuk diterima dibandingkan dengan konferensi utama. Meskipun AI dapat menghasilkan tulisan yang terdengar manusiawi, banyak ilmuwan khawatir bahwa AI tidak cukup baik untuk melakukan penelitian yang serius dan bisa menghasilkan informasi yang tidak berguna. Sakana sendiri menyatakan bahwa tujuan eksperimen ini adalah untuk mempelajari kualitas penelitian yang dihasilkan oleh AI dan pentingnya norma-norma untuk penelitian yang dihasilkan oleh AI di masa depan.
--------------------
Analisis Kami: Penggunaan AI dalam penelitian memang menjanjikan untuk mempercepat proses, tetapi saat ini lebih banyak menggambarkan kemampuan AI dalam menulis ketimbang kemampuan ilmiahnya yang sebenarnya. Tanpa evaluasi dan keterlibatan manusia yang kritis, AI berpotensi menurunkan kualitas literatur ilmiah dengan memproduksi karya yang kurang valid dan informatif.
--------------------
Analisis Ahli:
Matthew Guzdial: Manusia plus AI yang efektif, bukan AI sendiri yang dapat menciptakan kemajuan ilmiah sejati.
Mike Cook: Peer review untuk workshop baru biasanya tidak terlalu ketat dan AI unggul dalam menulis teks yang meyakinkan tentang kegagalan, sehingga hasilnya kurang mewakili kualitas ilmiah nyata.
--------------------
What's Next: Di masa depan, kita akan melihat lebih banyak eksperimen dengan AI dalam riset ilmiah, tetapi akan muncul standar dan regulasi ketat agar peer review tetap kredibel dan mencegah produksi karya ilmiah yang hanya bertujuan lolos seleksi tanpa kontribusi nyata.
Referensi:
[1] https://techcrunch.com/2025/03/12/sakana-claims-its-ai-paper-passed-peer-review-but-its-a-bit-more-nuanced-than-that/

Artikel Serupa

FutureHouse Luncurkan AI Baru untuk Bantu Ilmuwan Meski Tantangan Masih BesarTechCrunch
Teknologi
3 bulan lalu
110 dibaca

FutureHouse Luncurkan AI Baru untuk Bantu Ilmuwan Meski Tantangan Masih Besar

Bagaimana AI Mengubah Kreativitas dan Produktivitas dalam Ilmu PengetahuanQuantaMagazine
Teknologi
3 bulan lalu
111 dibaca

Bagaimana AI Mengubah Kreativitas dan Produktivitas dalam Ilmu Pengetahuan

Bahaya Penggunaan AI Tersembunyi dalam Penulisan Akademik dan DampaknyaNatureMagazine
Teknologi
3 bulan lalu
55 dibaca

Bahaya Penggunaan AI Tersembunyi dalam Penulisan Akademik dan Dampaknya

Kritik Terhadap Benchmarking AI Crowdsourced: Masalah Etika dan ValiditasTechCrunch
Teknologi
3 bulan lalu
57 dibaca

Kritik Terhadap Benchmarking AI Crowdsourced: Masalah Etika dan Validitas

Kontroversi Karya AI di ICLR: Peer Reviewer Tak DihargaiTechCrunch
Teknologi
5 bulan lalu
129 dibaca

Kontroversi Karya AI di ICLR: Peer Reviewer Tak Dihargai

Kenapa AI Belum Bisa Gantikan Penulis Muda dalam Membuat Cerita KreatifTechCrunch
Teknologi
5 bulan lalu
74 dibaca

Kenapa AI Belum Bisa Gantikan Penulis Muda dalam Membuat Cerita Kreatif