Courtesy of CNBCIndonesia

Nilai Impor Indonesia Februari 2025 Naik Didukung Kenaikan Barang Modal dan Bahan Baku

17 Mar 2025, 11.31 WIB

194 dibaca

Ikhtisar 15 Detik

Impor Indonesia mengalami peningkatan bulanan pada Februari 2025.
Impor nonmigas menjadi pendorong utama pertumbuhan impor secara tahunan.
Impor barang konsumsi mengalami penurunan signifikan, terutama pada frozen meat.

Pada bulan Februari 2025, nilai impor Indonesia mencapai USRp 310.15 triliun ($18,86 miliar) , meningkat 5,18% dibandingkan bulan Januari. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan impor barang nonmigas, yang naik 3,52%, sementara impor migas juga meningkat 15,50%. Namun, jika dilihat secara tahunan, pertumbuhan impor hanya 2,3%, dengan impor nonmigas naik 3,74% dan impor migas turun 3,76%.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ada peningkatan dalam impor bahan baku dan barang modal, tetapi impor barang konsumsi mengalami penurunan yang signifikan, yaitu 21,05% secara tahunan. Penurunan terbesar terjadi pada impor daging beku, yang turun sebesar USRp 715.36 miliar ($43,5 juta) dibandingkan bulan sebelumnya.

Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/news/20250317111859-4-619162/impor-ri-tumbuh-tipis-capai-us--1883-miliar-di-februari-2025

Analisis Kami

"Kenaikan impor bahan baku dan barang modal menandakan sektor industri dan manufaktur sedang berupaya memperkuat kapasitas produksinya, yang bisa menjadi pertanda positif bagi pertumbuhan ekonomi. Namun, penurunan impor barang konsumsi, khususnya frozen meat, menunjukkan pergeseran perilaku konsumen yang perlu mendapat perhatian agar tak mengganggu stabilitas pasar domestik."

Analisis Ahli

Economist Tony Prasetiya

"Peningkatan impor nonmigas yang signifikan mengindikasikan optimisme pelaku industri terhadap permintaan domestik, tapi penurunan impor barang konsumsi bisa jadi sinyal kehati-hatian konsumen di tengah ketidakpastian ekonomi global."

Prediksi Kami

Kenaikan impor bahan baku dan barang modal diperkirakan akan terus berlanjut seiring peningkatan aktivitas ekonomi, sementara impor barang konsumsi mungkin tetap terkoreksi karena perubahan pola konsumsi dan kebijakan perdagangan.