Courtesy of TheVerge
Ikhtisar 15 Detik
- Protes Ibtihal Aboussad menyoroti isu etika dalam penggunaan teknologi AI oleh perusahaan besar.
- Microsoft menghadapi kritik terkait keterlibatannya dalam konflik militer dan pelanggaran hak asasi manusia.
- Gerakan BDS semakin mendapatkan perhatian dan dukungan di kalangan karyawan perusahaan teknologi.
Seorang karyawan Microsoft, Ibtihal Aboussad, mengganggu acara perayaan ulang tahun ke-50 perusahaan untuk memprotes penggunaan kecerdasan buatan (AI) oleh Microsoft yang dianggapnya berkontribusi pada genosida di Palestina. Dalam pidatonya, ia menuduh Microsoft sebagai "penjahat perang" karena teknologi yang mereka kembangkan digunakan untuk memata-matai dan menyerang warga sipil, termasuk anak-anak. Ia merasa tidak ada pilihan lain selain berbicara karena suara komunitas Arab, Palestina, dan Muslim di Microsoft telah diabaikan dan ditekan.
Aboussad menjelaskan bahwa selama 1,5 tahun terakhir, ia telah menyaksikan penderitaan yang luar biasa akibat pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel, termasuk pengeboman yang tidak pandang bulu dan penargetan rumah sakit. Ia mengungkapkan bahwa Microsoft memiliki kontrak besar dengan militer Israel, yang memungkinkan penggunaan teknologi mereka untuk tujuan militer yang merugikan. Ia merasa bahwa semua karyawan Microsoft, tidak peduli posisi mereka, berkontribusi pada situasi ini.
Dalam email yang ia kirim setelah insiden tersebut, Aboussad menyerukan rekan-rekannya untuk mengambil tindakan dan menandatangani petisi yang meminta Microsoft menghentikan kontrak dengan militer Israel. Ia mengajak semua karyawan untuk berbicara tentang masalah ini dan menuntut perubahan, dengan harapan bahwa suara mereka dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk bertindak lebih etis dan menghormati hak asasi manusia.