Courtesy of TheVerge
Karyawan Palestina Tantang Sensor Email Microsoft Atas Kontroversi Israel-Palestina
Mengekspos dan mengkritik kebijakan sensor email Microsoft yang dianggap diskriminatif terhadap karyawan Palestina, serta mengajak karyawan Microsoft untuk menentang kontrak perusahaan dengan pemerintah Israel yang dinilai mendukung konflik dan genosida.
23 Mei 2025, 23.09 WIB
59 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Microsoft menghadapi protes internal terkait kebijakan diskriminatif terhadap karyawan Palestina.
- Nisreen Jaradat berhasil mengirimkan email yang menantang kebijakan blokir perusahaan.
- Kelompok No Azure for Apartheid berupaya meningkatkan kesadaran tentang isu-isu yang dihadapi rakyat Palestina melalui kampanye dan protes.
Redmond, Amerika Serikat - Microsoft baru-baru ini menerapkan kebijakan yang melarang karyawan menyebut kata-kata seperti 'Palestine', 'Gaza', dan 'Genocide' dalam email internal. Kebijakan ini dibuat sebagai upaya untuk membatasi diskusi tentang konflik antara Israel dan Palestina di dalam perusahaan. Namun, blokir ini memicu kemarahan dan protes dari pekerja Palestina di Microsoft yang merasa bahwa suara mereka dibungkam secara tidak adil.
Baca juga: Microsoft Luncurkan Majalah Cetak 'Signal' untuk Bangun Kepercayaan Bisnis di Era Digital
Seorang insinyur senior bernama Nisreen Jaradat berhasil melewati sensor tersebut dan mengirimkan email kepada ribuan karyawan Microsoft dengan judul 'You can’t get rid of us.' Dalam email itu, Nisreen mengekspresikan ketidakpuasan atas kebijakan sensor yang ia anggap diskriminatif dan menyerukan perusahaan untuk mendengarkan keluhan karyawannya terutama terkait penderitaan rakyat Palestina.
Karyawan dan kelompok aktivis seperti No Azure for Apartheid (NOAA) mengorganisir protes dan kampanye boikot terhadap kontrak Microsoft dengan pemerintah Israel yang dinilai mendukung konflik dan genosida di Gaza. Microsoft menghadapi tekanan besar akibat protes ini, termasuk pada saat konferensi tahunan Microsoft Build, di mana beberapa karyawan dan mantan karyawan melakukan aksi protes yang mengganggu jalannya acara.
Microsoft mengaku memiliki kontrak cloud dan AI dengan pemerintahan Israel, namun perusahaan menyatakan tidak ada bukti bahwa teknologinya digunakan untuk melukai warga sipil. Meskipun demikian, protes di dalam dan luar perusahaan terus berlangsung karena banyak pegawai yang merasa Microsoft secara tidak langsung terlibat dalam kekerasan yang terjadi di Palestina.
Isi email protes dari Nisreen mengatakan bahwa kebijakan sensor tersebut tidak hanya tidak adil dan diskriminatif, tetapi juga mencerminkan kurangnya empati Microsoft terhadap penderitaan rakyat Palestina. Ia menyerukan agar karyawan Microsoft mengambil sikap tegas, baik dengan bergabung dalam perjuangan dari dalam perusahaan atau memilih keluar dan tidak berkontribusi pada apa yang disebutnya sebagai 'genosida yang dibantu oleh teknologi AI Microsoft.'
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang dilakukan karyawan Microsoft Nisreen Jaradat dalam emailnya?A
Nisreen Jaradat mengirimkan email kepada ribuan karyawan Microsoft dengan pesan protes terhadap perlakuan perusahaan terhadap rakyat Palestina.Q
Mengapa Microsoft menerapkan blokir terhadap kata-kata tertentu dalam email?A
Microsoft menerapkan blokir untuk mencegah penggunaan kata-kata seperti 'Palestina', 'Gaza', dan 'genosida' dalam email untuk mengurangi komunikasi yang dianggap tidak relevan.Q
Apa itu No Azure for Apartheid (NOAA)?A
No Azure for Apartheid (NOAA) adalah kelompok aktivis yang menyerukan agar Microsoft mengakhiri kontraknya dengan pemerintah Israel dan terlibat dalam protes terhadap kebijakan tersebut.Q
Siapa Joe Lopez dan apa yang dia lakukan di konferensi Build?A
Joe Lopez adalah karyawan Microsoft yang dipecat setelah mengganggu keynote pembukaan konferensi Build sebagai bentuk protes terhadap kontrak Microsoft dengan Israel.Q
Apa tanggapan Microsoft terhadap kritik tentang kontraknya dengan pemerintah Israel?A
Microsoft mengklaim tidak ada bukti bahwa teknologi mereka digunakan untuk menyerang atau membahayakan orang di Gaza, meskipun menghadapi kritik keras dari karyawan dan publik.