Courtesy of CNBCIndonesia
Transformasi Kerja di Indonesia: AI Dorong Produktivitas dan Inovasi Bisnis
Menjelaskan bagaimana AI mengubah cara kerja dan strategi bisnis di Indonesia serta mendorong perusahaan untuk beradaptasi dan memanfaatkan AI demi peningkatan produktivitas dan daya saing global.
26 Jun 2025, 13.25 WIB
42 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- AI berpotensi meningkatkan produktivitas dan inovasi dalam bisnis di Indonesia.
- Kolaborasi antara manusia dan AI dapat menciptakan alur kerja yang lebih efektif dan berdampak.
- Perusahaan perlu menyesuaikan mindset dan investasi untuk memanfaatkan teknologi AI secara optimal.
Laporan Microsoft Work Trend Index 2025 menyoroti bagaimana kecerdasan buatan (AI) sedang mengubah dunia kerja dan bisnis khususnya di Indonesia. Tingkat adopsi AI di Indonesia bahkan melebihi rata-rata Asia Pasifik, membuat perusahaan di tanah air perlu meninjau strategi mereka secara mendalam untuk beradaptasi dengan perubahan ini.
Sebanyak 97% perusahaan di Indonesia meyakini bahwa 2025 adalah waktu yang tepat untuk merevisi model bisnis dan operasional agar bisa berkolaborasi dengan AI secara efektif. Konsep frontier firm menjadi fokus utama, di mana perusahaan mengintegrasikan AI sebagai agen pendukung tim kerja dengan peran manusia sebagai pengendali utama.
Sebagian besar pemimpin bisnis di negara ini percaya bahwa AI dapat meningkatkan produktivitas kerja, di mana 63% menyatakan hal ini. Selain itu, 95% pemimpin bisnis sepakat bahwa agen AI dapat berperan sebagai anggota tim digital yang membantu menyelesaikan tugas dengan lebih cepat dan efisien.
Kolaborasi manusia dan AI sudah banyak diterapkan di Indonesia dengan angka mencapai 59%, dibandingkan dengan rata-rata Asia Pasifik yang hanya 53%. Karyawan juga mengandalkan AI karena ketersediaannya selama 24 jam, kecepatan respons, dan kemampuan analisisnya yang cerdas, sehingga AI bukan hanya alat tetapi juga dapat dianggap sebagai teman diskusi.
Meski demikian, ada tantangan yang masih harus dihadapi, yaitu kurangnya pemahaman yang sama terhadap teknologi AI. Hanya 56% karyawan yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai, sehingga edukasi dan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia sangat diperlukan agar manfaat AI bisa dirasakan maksimal di dunia kerja.