Menggabungkan Perilaku, AI, dan Finansial untuk Tangkal Risiko Siber Kesehatan
Courtesy of Forbes

Menggabungkan Perilaku, AI, dan Finansial untuk Tangkal Risiko Siber Kesehatan

Menghadirkan pemahaman yang terintegrasi tentang risiko siber dengan menggabungkan ilmu perilaku, teknologi AI, dan model keuangan Value at Risk untuk meningkatkan ketahanan organisasi di sektor kesehatan dan lainnya.

14 Nov 2025, 20.00 WIB
223 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Integrasi ilmu perilaku, AI, dan model keuangan sangat penting untuk mengelola risiko siber secara efektif.
  • Kepemimpinan yang memperhatikan faktor-faktor perilaku dapat mengurangi kerentanan organisasi terhadap ancaman siber.
  • Pendekatan berbasis data dan real-time dapat membantu organisasi membuat keputusan yang lebih baik dalam situasi krisis.
rumah sakit, sektor kesehatan, global - Risiko siber sudah bukan hanya masalah teknologi semata, tapi juga melibatkan perilaku manusia dan faktor finansial. Banyak organisasi masih melihat hal ini secara terpisah, sehingga menimbulkan risiko yang tidak terdeteksi secara menyeluruh.
Arpna Aggarwal mengembangkan framework yang dinamakan CORTEX# yang menggabungkan ilmu perilaku, teknologi AI dalam mendeteksi risiko secara realtime, dan model keuangan Value at Risk (VaR) untuk memberikan gambaran lengkap tentang ketahanan sebuah organisasi terhadap serangan siber.
Masalah utama dalam pengelolaan risiko siber adalah perilaku organisasi dan para pemimpinnya, seperti penundaan pengambilan keputusan akibat ketidakpastian dan insentif yang salah. AI yang canggih pun tidak cukup jika pola perilaku ini tidak diperbaiki.
AI dan analitik perilaku memungkinkan sistem untuk tidak hanya mendeteksi anomali teknis, tapi juga kelemahan organisasi dalam pengambilan keputusan dan respons yang lambat, sehingga memperbesar risiko yang sebenarnya bisa diminimalkan.
Menggunakan pendekatan VaR yang biasa diterapkan di sektor finansial, cyber risk bisa dikonversi menjadi angka kerugian yang jelas, membantu para pemimpin dan investor untuk mengambil keputusan yang lebih tepat dan strategis demi menjaga ketahanan dan reputasi organisasi.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/councils/forbestechcouncil/2025/11/14/the-hidden-equation-of-cyber-risk-humans-machines-and-money/

Analisis Ahli

Kevin Mitnick
"Menerapkan behavioral science dalam cybersecurity adalah langkah yang tepat karena banyak pelanggaran terjadi akibat kesalahan manusia, bukan semata teknologi."
Nicole Eagan
"Penggabungan AI dengan wawasan perilaku memungkinkan deteksi dini yang lebih efektif dan pencegahan risiko sebelum terjadi kerugian nyata."

Analisis Kami

"Pendekatan integratif ini sangat revolusioner karena mengakui bahwa manusia, teknologi, dan uang harus dipandang sebagai satu kesatuan dalam pengelolaan risiko siber. Banyak perusahaan masih terlalu fokus pada teknologi tanpa memahami dampak perilaku dan finansial, yang pada akhirnya menjadi titik lemah mereka."

Prediksi Kami

Ke depan, perusahaan yang mengintegrasikan perilaku manusia, AI, dan analisis keuangan dalam manajemen risiko siber akan lebih unggul dan mampu mencegah kerugian besar, sementara yang mengabaikan akan semakin rentan terhadap serangan dan kerugian finansial.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa itu CORTEX# dan bagaimana cara kerjanya?
A
CORTEX# adalah kerangka kerja yang menggabungkan ilmu perilaku, deteksi risiko berbasis AI, dan model VaR untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang resiliensi organisasi.
Q
Mengapa manusia dan perilaku organisasi menjadi faktor penting dalam keamanan siber?
A
Karena perilaku manusia dan psikologi organisasi sering menentukan seberapa baik sebuah perusahaan dapat menangani ancaman dan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi krisis.
Q
Apa yang dimaksud dengan Value at Risk (VaR) dalam konteks keamanan siber?
A
Value at Risk (VaR) adalah pendekatan untuk mengukur risiko dengan menentukan kerugian maksimum yang mungkin dalam jangka waktu tertentu dengan tingkat kepercayaan tertentu.
Q
Bagaimana AI dapat membantu mendeteksi risiko keamanan siber?
A
AI dapat menganalisis data secara real-time untuk mendeteksi aktivitas yang mencurigakan dan pola risiko yang muncul, membantu organisasi merespons lebih cepat terhadap ancaman.
Q
Apa yang perlu dilakukan organisasi untuk meningkatkan resiliensi siber mereka?
A
Organisasi perlu mengintegrasikan ilmu perilaku, AI, dan analisis keuangan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang risiko dan meningkatkan pengambilan keputusan.