Apakah AI Benar-Benar Membunuh Pekerjaan Junior? Menelisik Fakta Dibalik Data
Courtesy of Forbes

Apakah AI Benar-Benar Membunuh Pekerjaan Junior? Menelisik Fakta Dibalik Data

Mengklarifikasi apakah AI benar-benar menjadi penyebab utama penurunan lapangan kerja junior dan lulusan baru, serta membedakan pengaruh teknologi AI dari faktor-faktor ekonomi makro seperti kenaikan suku bunga dan siklus ekonomi, sehingga pembaca dapat memahami konteks sebenarnya dari perubahan pasar tenaga kerja saat ini.

19 Nov 2025, 05.05 WIB
89 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Kebijakan moneter yang ketat berkontribusi signifikan terhadap penurunan pekerjaan junior.
  • AI mungkin menjadi faktor tambahan, tetapi bukan penyebab utama dari masalah pengangguran di kalangan generasi muda.
  • Penting untuk mempertimbangkan berbagai faktor ekonomi ketika menganalisis dampak teknologi seperti AI terhadap pasar kerja.
Amerika Serikat, Amerika Serikat - Saat ini banyak orang mengaitkan penurunan lapangan pekerjaan khususnya untuk lulusan baru dengan kemunculan teknologi AI seperti ChatGPT. Bahkan studi dari institusi ternama seperti Harvard dan Stanford menunjukkan penurunan drastis dalam pekerjaan entry-level di perusahaan yang mengadopsi teknologi ini. Namun, data pengangguran pemuda di Amerika Serikat sejak 2021 masih menunjukkan angka yang tinggi tanpa perubahan signifikan yang langsung bertepatan dengan peluncuran AI generatif ini.
Goldman Sachs pernah memprediksi bahwa AI dapat menghilangkan atau merusak ratusan juta pekerjaan dalam beberapa tahun ke depan. Mereka memperkirakan hingga dua pertiga pekerjaan akan terkena dampak dan seperempat dari pekerjaan itu bisa digantikan oleh AI. Namun kenyataan di lapangan dan data makroekonomi menunjukkan pengaruh AI belum sebesar itu, dan sebagian besar perusahaan masih dalam tahap coba-coba teknologi ini.
Jing Hu, seorang peneliti dan analis data berpengalaman, mempertanyakan validitas klaim bahwa AI adalah penyebab utama penurunan lapangan kerja junior. Ia menyoroti bahwa penurunan lowongan kerja mulai terjadi sejak kuartal pertama 2023, sebelum AI benar-benar banyak diadopsi secara luas. Faktor lain yang jauh lebih berpengaruh adalah kebijakan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve yang agresif sejak 2022, yang membatasi investasi dan mendorong perusahaan memangkas karyawan terutama posisi junior.
Studi-studi sebelumnya memang menemukan hubungan antara adopsi AI dan penurunan pekerjaan entry-level, tapi mereka juga mengakui keterbatasan data dan tidak dapat mengesampingkan faktor lain seperti kondisi ekonomi. Selain itu, banyak pekerjaan yang disebut berlabel 'junior' ternyata sudah membutuhkan keahlian teknis yang tinggi dan bukan posisi bagi lulusan baru. Jadi, klaim bahwa AI langsung membunuh lowongan entry-level menjadi agak berlebihan.
Laporan terbaru dari McKinsey dan MIT mengindikasikan bahwa teknologi AI masih dalam tahap awal pengembangan dan adopsi oleh banyak perusahaan masih sebatas percobaan. Sementara itu, ketidakpastian ekonomi global, naiknya biaya operasional, dan kebijakan suku bunga tetap menjadi faktor utama yang menghambat kebangkitan pasar kerja junior. Jadi, meski AI akan memiliki dampak di masa depan, saat ini penurunan lapangan kerja lebih disebabkan oleh siklus ekonomi dan bukan AI semata.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/hessiejones/2025/11/18/harvard-got-it-wrong-ai-is-not-killing-entry-level-jobs/

Analisis Ahli

Jing Hu
"Penurunan hiring junior lebih disebabkan oleh lonjakan suku bunga agresif dan siklus ekonomi, bukan AI. AI hanya menambah tekanan marginal setelah kerusakan utama sudah terjadi."
Goldman Sachs
"AI dapat mengotomasi hingga satu perempat dari pekerjaan yang ada dan berpotensi memangkas ratusan juta pekerjaan full-time dalam jangka panjang."
Harvard
"Adopsi AI menyebabkan penurunan signifikan dalam lowongan pekerjaan junior yang fokus di bidang yang sangat terpapar AI."
Stanford
"Generative AI menyebabkan penurunan relatif 13% dalam pekerjaan usia muda di sektor yang paling terpapar."
McKinsey
"Mayoritas organisasi masih dalam tahap awal adopsi AI dan belum merasakan dampak ekonomi nyata dari teknologi ini."

Analisis Kami

"Penurunan tajam dalam lowongan pekerjaan untuk lulusan baru dan tingkat pengangguran muda lebih akurat dijelaskan oleh tekanan ekonomi makro daripada dampak langsung AI. Masyarakat dan media harus lebih kritis dalam mengasosiasikan semua perubahan pasar tenaga kerja dengan AI tanpa mempertimbangkan konteks ekonomi yang lebih luas."

Prediksi Kami

Dalam beberapa tahun ke depan, AI kemungkinan akan semakin mempengaruhi pasar kerja, terutama jika adopsinya semakin meluas, namun efek negatif besar terhadap lapangan kerja junior akan tetap tereliminasi atau dikaburkan oleh faktor ekonomi global dan kebijakan makro seperti suku bunga dan siklus resesi.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa hubungan antara AI dan pengangguran di kalangan generasi muda?
A
AI memiliki potensi untuk mempengaruhi pengangguran di kalangan generasi muda, khususnya pada pekerjaan junior yang lebih rentan terhadap otomatisasi.
Q
Bagaimana dampak kebijakan moneter terhadap pekerjaan junior?
A
Kebijakan moneter yang ketat, seperti kenaikan suku bunga, dapat mengurangi permintaan untuk pekerjaan junior karena perusahaan akan lebih berhati-hati dalam perekrutan.
Q
Apa temuan utama dari studi Harvard tentang AI dan pekerjaan?
A
Studi Harvard menemukan bahwa ada penurunan tajam dalam pekerjaan junior di perusahaan yang mengadopsi AI, sementara pekerjaan senior tetap tidak terpengaruh.
Q
Mengapa Jing Hu mempertanyakan hasil studi Harvard?
A
Jing Hu berpendapat bahwa studi Harvard mungkin salah dalam mengaitkan penurunan pekerjaan junior langsung dengan adopsi AI, dan menunjukkan bahwa faktor lain seperti kebijakan moneter mungkin lebih berpengaruh.
Q
Apa yang diungkapkan laporan McKinsey tentang adopsi AI di perusahaan?
A
Laporan McKinsey menunjukkan bahwa banyak perusahaan masih dalam tahap awal adopsi AI dan belum mendapatkan manfaat material dari teknologi ini.