
Courtesy of CNBCIndonesia
Belajar dari Jepang: Mitigasi Risiko Gempa Megathrust di Indonesia dengan GNSS
Memberikan wawasan dan pembelajaran dari gempa di zona Nankai Trough Jepang untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi risiko gempa megathrust di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi pengamatan deformasi seperti GNSS.
14 Des 2025, 16.45 WIB
18 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Pentingnya pemantauan jangka panjang terhadap deformasi kerak bumi untuk mitigasi risiko gempa.
- Penggunaan teknologi GNSS dan geodesi dasar laut dapat membantu mendeteksi potensi gempa di Indonesia.
- Indonesia memiliki banyak zona subduksi aktif yang berisiko terhadap gempa megathrust.
Jakarta, Indonesia - Gempa megathrust adalah jenis gempa bumi sangat besar yang terjadi di zona subduksi, seperti di zona Nankai Trough di Jepang dan sejumlah lokasi di Indonesia. Risiko gempa besar ini menjadi perhatian komunitas ilmiah dunia karena dapat menyebabkan kerusakan dan korban jiwa yang sangat besar. Oleh karena itu, memahami mekanisme gempa dan memantau tanda-tanda awal sangat penting untuk mitigasi bencana.
Prof. Kosuke Heki dari Hokkaido University menyampaikan bahwa gempa besar di Nankai Trough tidak hanya menjadi ancaman lokal tapi juga pelajaran penting bagi negara seperti Indonesia yang juga memiliki zona subduksi aktif. Siklus gempa bumi kuat biasanya terjadi dalam interval 50-100 tahun, meskipun waktu tepatnya sulit diprediksi.
Teknologi seperti Global Navigation Satellite System (GNSS) dan pengukuran di dasar laut dapat digunakan untuk memantau deformasi kerak bumi jangka panjang dan menilai akumulasi tegangan di zona megathrust. Pemantauan ini membantu mengidentifikasi kopling antar-seismik yang menandakan potensi gempa besar di masa depan.
Slow slip event atau pergeseran lambat adalah fenomena geologi gerakan kecil yang dapat menjadi petunjuk awal sebelum gempa besar, dan sudah diamati berulang kali di Jepang. Indonesia yang memiliki zona subduksi seperti Mentawai, Jawa, Bali, Lombok, dan Maluku bisa mengadaptasi sistem pengamatan ini untuk mendeteksi tanda-tanda serupa.
Baru-baru ini, para ahli memetakan 14 zona megathrust di Indonesia, meningkat dari 13 zona pada peta tahun 2017. Di Pulau Jawa terdapat 3 megathrust yang memiliki potensi gempa besar dengan magnitudo hingga 9,1. Pengembangan pemantauan GNSS dan geodesi dasar laut di Indonesia menjadi langkah strategis untuk mitigasi bencana gempa ke depan.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20251214135646-37-694032/ri-dikepung-megathrust-profesor-jepang-beri-warning
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20251214135646-37-694032/ri-dikepung-megathrust-profesor-jepang-beri-warning
Analisis Ahli
Prof. Kosuke Heki
"Gempa besar terjadi dari kopling antar-seismik di sumbu palung, dengan slow slip event sebagai indikator penting sebelum terjadinya gempa besar berikutnya."
Analisis Kami
"Penggunaan data GNSS dan teknologi geodesi dasar laut merupakan terobosan penting yang sangat diperlukan Indonesia untuk menghadapi ancaman gempa megathrust yang terus mengintai. Namun, tantangan terbesar tetap pada integrasi data ilmiah ke kebijakan kesiapsiagaan dan edukasi publik yang harus digalakkan secara berkelanjutan."
Prediksi Kami
Dengan penerapan teknologi GNSS dan pengukuran dasar laut yang lebih masif, Indonesia berpotensi bisa meningkatkan sistem peringatan dini dan mitigasi bencana gempa megathrust sehingga korban dan kerugian akibat gempa besar di masa depan bisa berkurang signifikan.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang dibahas oleh Prof. Kosuke Heki mengenai gempa Nankai Trough?A
Prof. Kosuke Heki membahas tentang risiko gempa megathrust, khususnya di zona Nankai Trough, dan bagaimana ini relevan untuk mitigasi bencana di Indonesia.Q
Mengapa gempa Nankai Trough dianggap sebagai sumber pembelajaran global untuk Indonesia?A
Gempa Nankai Trough dianggap sebagai sumber pembelajaran global karena memberikan wawasan tentang siklus gempa dan metode pengamatan yang dapat diterapkan di negara rawan gempa seperti Indonesia.Q
Apa itu slow slip event dan bagaimana relevansinya terhadap gempa besar?A
Slow slip event adalah pergerakan kecil yang terjadi di zona subduksi dan dapat menjadi indikasi terjadinya gempa besar di masa depan.Q
Bagaimana teknologi GNSS dapat digunakan untuk mendeteksi potensi gempa di Indonesia?A
Teknologi GNSS dapat digunakan untuk memantau deformasi jangka panjang dan preslip, yang membantu dalam mendeteksi potensi gempa sebelum terjadi.Q
Berapa jumlah zona megathrust baru yang dipetakan di Indonesia dan apa saja contohnya?A
Jumlah zona megathrust baru yang dipetakan di Indonesia adalah 14, contohnya Megathrust Jawa yang berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 9,1.



