
Thailand menghadapi penurunan jumlah wisatawan asing yang signifikan setelah pandemi, menyebabkan turunnya pendapatan dari sektor pariwisata yang sangat penting bagi negara. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah Thailand meluncurkan program pilot selama 18 bulan yang memungkinkan wisatawan asing mengkonversi cryptocurrency menjadi mata uang baht untuk dipakai membayar secara lokal.
Program ini membatasi konversi mata uang digital hingga 550.000 baht atau setara dengan sekitar 16.949,15 dolar Amerika Serikat. Batas ini bertujuan untuk mengawasi penggunaan cryptocurrency dan mencegah risiko pencucian uang selama masa uji coba berjalan. Setelah periode pilot selesai, batas ini akan dievaluasi kembali demi meningkatkan efektivitas program.
Wisatawan dapat menggunakan platform pertukaran cryptocurrency yang berbasis di Thailand untuk mengubah mata uang digital mereka, dan hasil konversi akan masuk ke dompet digital online. Dengan cara ini, wisatawan dapat melakukan pembayaran lebih mudah dan cepat ke berbagai bisnis lokal, termasuk hotel, restoran, dan tempat wisata.
Menurut Menteri Keuangan Pichai Chunhavajira, program ini tidak hanya mendukung sektor pariwisata, tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan pengeluaran wisatawan yang merupakan kunci pemulihan ekonomi Thailand. Meskipun demikian, badan perencanaan negara Thailand menurunkan proyeksi jumlah wisatawan asing tahun 2025 menjadi 33 juta orang, lebih rendah dibandingkan rekor sebelum pandemi yang mencapai 39,9 juta orang.
Inisiatif ini merupakan upaya Thailand menggabungkan teknologi keuangan modern dengan kebutuhan ekonomi nyata di sektor pariwisata. Dengan pengawasan ketat terhadap potensi penyalahgunaan dan edukasi yang memadai kepada pelaku usaha serta wisatawan, program ini berpotensi menjadi model baru dalam pembayaran dan pengelolaan ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara.