
Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa pemerintah Amerika Serikat kini memiliki 10% saham di Intel, sebagai bagian dari kesepakatan investasi senilai 8,9 miliar dolar AS. Langkah ini mendukung upaya memperkuat produksi chip domestik dan teknologi Amerika.
Saham tersebut didanai menggunakan sisa dana hibah dari program CHIPS dan Science Act serta tambahan dari program Secure Enclave. Intel menerima investasi ini sebagai tanda kepercayaan pemerintah terhadap perannya dalam memperbesar industri semikonduktor dalam negeri.
Kesepakatan ini terjadi setelah Trump berawal meminta CEO Intel, Lip Bu Tan, untuk mengundurkan diri karena hubungan masa lalunya dengan perusahaan China. Namun, setelah Tan mengirim surat pernyataan loyalitas dan bertemu dengan Trump, presiden mendukungnya dan mendorong kerja sama lebih lanjut.
Intel saat ini menghadapi tantangan keuangan dan penurunan bisnis, termasuk kerugian besar serta rencana pengurangan 25% tenaga kerja. Namun, pemerintah AS berharap keterlibatan mereka dapat mendorong kebangkitan perusahaan dan menjaga posisi Amerika dalam persaingan teknologi global.
Meskipun jarang terjadi, pemerintah AS sebelumnya pernah memegang saham besar perusahaan besar seperti General Motors saat krisis 2008. Keputusan ini memunculkan tanda tanya terkait sejauh mana pemerintah akan ikut campur dalam bisnis Intel.