TechCrunch Disrupt 2025 Mengumumkan Pemenang Utama dan Sorotan Acara

TechCrunch Disrupt 2025 akan diadakan pada 27 hingga 29 Oktober di San Francisco. Acara ini merupakan tempat berkumpulnya para pendiri startup dan pemimpin industri untuk berdiskusi tentang strategi membangun perusahaan yang kuat di tengah perubahan cepat teknologi dan pasar. Salah satu sesi menarik adalah panel diskusi di Going Public Stage yang akan membahas bagaimana kecerdasan buatan atau AI mengubah strategi go-to-market dari dalam sebuah perusahaan. Para pembicara adalah pemimpin berpengalaman di bidangnya. Selain panel diskusi tersebut, acara TechCrunch Disrupt ini menawarkan lebih dari 200 diskusi dan presentasi lainnya yang sangat relevan untuk para startup dan investor yang ingin mengetahui tren terkini serta peluang yang ada. Bagi yang ingin mengikuti acara ini, tersedia tiket dengan harga kemudahan Regular Bird yang memberikan diskon hingga 650 dolar jika membeli sebelum tanggal 26 September. Harga tiket akan naik mulai 27 September. Ini merupakan kesempatan besar untuk belajar dan berjejaring dalam industri yang bergerak cepat, terutama karena AI kini menjadi faktor penting dalam mengembangkan strategi pemasaran dan penjualan untuk startup.

Setelah sebuah perusahaan berhasil dengan produk unggulan mereka, tantangan berikutnya adalah bagaimana mereka bisa terus bertumbuh dan sukses tanpa menjadi fenomena sesaat. Zoom CEO Eric Yuan dan partner Emergence Capital Santi Subotovsky akan membahas masalah ini di TechCrunch Disrupt 2025, sebuah acara besar yang mengumpulkan para pemimpin startup dan investor. Eric Yuan dikenal karena membawa Zoom dari startup sederhana hingga IPO yang sukses pada 2019 dan kini memimpin strategi berbasis AI yang mengubah cara orang bekerja dan berkolaborasi. Sementara itu, Santi Subotovsky sebagai investor melihat bagaimana perusahaan bisa tumbuh dari tahap awal hingga menjadi bisnis bernilai miliaran dolar. Diskusi mereka akan meliputi bagaimana perusahaan memutuskan antara fokus pada produk utama versus diversifikasi dengan produk baru, cara mempertahankan inovasi saat bisnis tumbuh besar, hingga hal-hal yang investor cari saat menilai peluang kedua sebuah perusahaan. Acara ini berlangsung di San Francisco pada Oktober 2025 dan akan dihadiri lebih dari 10,000 pemimpin startup dan investor, memberikan kesempatan besar untuk belajar langsung dari pengalaman sukses para tokoh terkenal di dunia teknologi dan investasi. Bagi siapa saja yang ingin memastikan perusahaannya tidak hanya sukses sekali saja, melainkan bisa bertahan dan berkembang jangka panjang, panel ini akan memberi wawasan berharga tentang strategi dan pendekatan yang diperlukan setelah kesuksesan awal.

TechCrunch Disrupt 2025 akan menyelenggarakan sesi panel yang membahas tantangan yang dihadapi perusahaan teknologi setelah mencapai kesuksesan besar pertama mereka. Diskusi ini akan dipandu oleh Eric Yuan, CEO Zoom, dan Santi Subotovsky dari Emergence Capital, yang memiliki pengalaman luas sebagai operator dan investor sukses. Sesi ini membahas bagaimana perusahaan harus membuat keputusan sulit antara tetap fokus pada produk utama mereka atau mengejar diversifikasi dengan meluncurkan produk dan memasuki pasar baru agar tetap bertahan di pasar yang kompetitif. Eric Yuan yang memimpin Zoom dari startup menjadi perusahaan publik serta mengarahkan strategi berbasis AI, akan berbagi pengalaman tentang bagaimana mempertahankan inovasi dan pertumbuhan di tingkat besar sambil mengubah cara orang bekerja dan berkomunikasi. Santi Subotovsky, dengan rekam jejak investasi sukses di perusahaan seperti Zoom, akan memberi insight tentang bagaimana investor melihat nilai dan potensi pertumbuhan perusahaan selepas kesuksesan besar, serta pentingnya membangun rencana bisnis jangka panjang yang matang. Panel ini sangat relevan bagi para pendiri startup dan profesional teknologi yang ingin memastikan perusahaan mereka tidak hanya meraih sukses sekali tetapi juga mampu berkembang dan menciptakan nilai jangka panjang di industri yang terus berubah.

TechCrunch Disrupt 2025 akan menghadirkan sesi eksklusif dengan Adam Bain, Dick Costolo, dan David Fischer. Mereka adalah tokoh yang berperan besar dalam membangun internet modern dan perusahaan teknologi besar. Di acara ini, mereka akan berbagi cerita dan pengalaman dalam mengembangkan bisnis dan teknologi dengan sukses. David Fischer pernah menjadi Chief Revenue Officer di Meta dan berhasil menaikkan pendapatan perusahaan dari kurang dari 1 miliar dolar menjadi lebih dari 100 miliar dolar. Sebelumnya, dia juga membantu membangun tim penjualan awal di Google. Pengalaman ini membuatnya ahli dalam mengelola pertumbuhan dan pendapatan besar. Adam Bain adalah mantan COO Twitter yang membangun operasi penjualan dan iklan dari nol sampai menghasilkan miliaran dolar dalam lima tahun. Sementara Dick Costolo, mantan CEO Twitter, memperluas jumlah karyawan empat kali lipat dan meningkatkan pendapatan menjadi lebih dari 2 miliar dolar. Mereka menunjukkan bagaimana eksekusi dan strategi yang tepat bisa membawa startup besar. Acara ini akan membahas berbagai topik penting seperti bagaimana menemukan kesesuaian produk dengan pasar, cara melakukan scaling dengan fokus, serta strategi pendanaan yang relevan di zaman sekarang. Hal ini sangat berguna bagi para pendiri startup dan investor yang ingin tahu kunci sukses di dunia teknologi yang cepat berubah. Lebih dari 10.000 pemimpin startup, teknologi, dan venture capital diharapkan hadir di Moscone West, San Francisco pada tanggal 27-29 Oktober untuk Disrupt ke-20. Mereka dapat belajar langsung dari para ahli ini untuk memperkuat perusahaan atau investasi mereka agar bisa bertahan dan berkembang di masa depan.

TechCrunch Disrupt 2025 menghadirkan Going Public Stage, sebuah panggung khusus yang membahas tantangan dan strategi bagi para pendiri startup dari tahap awal hingga penawaran umum perdana (IPO). Acara ini menampilkan pemimpin industri seperti Eric Yuan dan Santi Subotovsky yang berbagi pengalaman serta nasihat penting untuk mengatasi fase transisi bisnis yang krusial. Salah satu diskusi utama mengupas berapa lama startup harus tetap privat di tengah perubahan dana ventura dan ekspektasi investor yang semakin tinggi. David George dari Andreessen Horowitz menjelaskan bagaimana perubahan lanskap modal ventura membentuk strategi pertumbuhan dan kesiapan pasar publik bagi startup masa kini. AI menjadi topik penting lainnya karena mengubah tata cara go-to-market startup tahap lanjut. Diskusi panel yang dipimpin oleh Jane Alexander serta para pendiri dan investor menyoroti bagaimana teknologi ini bukan hanya hype, melainkan keharusan untuk diintegrasikan agar tetap kompetitif dalam menarik dan mempertahankan pelanggan. Cerita kesuksesan Chris Britt, CEO Chime, membantu para peserta memahami betapa pentingnya membangun perusahaan yang tangguh dan mampu bertahan ketika menghadapi tantangan pasar. Britt menekankan prinsip disiplin dalam skala pertumbuhan dan kesiapan mental menghadapi fase perubahan dari privat ke publik. Terakhir, diskusi tentang strategi exit mengingatkan bahwa keputusan untuk go public, diakuisisi, atau tetap privat harus direncanakan jauh-jauh hari dengan melibatkan metrik penting dan pertimbangan berbagai skenario pasar. Panel ini menghadirkan pemimpin dari Sapphire Ventures dan Renegade Partners sebagai panduan praktis agar para pendiri bisa membuat keputusan yang tepat.

TechCrunch Disrupt 2025 menghadirkan Builders Stage, sebuah sesi khusus di mana para investor dan operator berpengalaman akan berbagi kiat penting dalam menyusun dan menyampaikan pitch startup yang efektif. Para pendiri sering menerima banyak presentasi dari investor namun hanya sedikit yang benar-benar memikat. Para panelis akan menjelaskan hal-hal yang menarik perhatian investor, termasuk bagaimana membangun kepercayaan dan memperlihatkan kesiapan bisnis secara meyakinkan. Mereka juga membahas sinyal-sinyal kecil yang sering dilewatkan pendiri, yang sangat menentukan keputusan investasi. Acara TechCrunch Disrupt 2025 akan berlangsung pada 27 hingga 29 Oktober di Moscone West, San Francisco. Event ini akan mengumpulkan lebih dari 10.000 pendiri, investor, dan pemimpin teknologi dari berbagai negara, membuka peluang besar untuk networking dan belajar. Peserta yang mendaftar lebih awal bisa mendapatkan diskon tiket hingga 668 dolar, dengan harga akan naik mulai 27 September. Ini menjadi kesempatan bagus untuk mengikuti konferensi teknologi dan startup paling berpengaruh di dunia dengan harga lebih terjangkau. Agenda lengkap event sudah tersedia, termasuk sesi panel Builders Stage yang menjadi fokus utama bagi pendiri startup yang ingin mengasah kemampuan pitching serta meningkatkan peluang mendapatkan investasi yang lebih besar dan tepat.

TechCrunch Disrupt adalah ajang penting yang menghubungkan pendiri startup, investor, dan pelaku industri teknologi. Tahun lalu, Side Events yang diadakan setelah acara utama berhasil menarik ratusan orang dan menghadirkan keahlian kolaborasi unik seperti diskusi kecil dan kompetisi pitching. Acara ini memberikan banyak manfaat bagi para penyelenggara, seperti mendapatkan aliran investasi baru, menemukan talenta yang potensial, dan meningkatkan eksposur merek di komunitas startup yang berkembang pesat. Tahun ini, Side Event akan kembali diadakan selama Disrupt Week, yaitu dari tanggal 25 sampai 31 Oktober. Acara ini akan diikuti oleh lebih dari 10.000 peserta dari berbagai kalangan teknologi dan startup di kawasan Bay Area. Bagi yang tertarik menjadi tuan rumah Side Event, pendaftaran sudah dibuka dan bersifat gratis, namun tempatnya terbatas. Pendaftaran harus dilakukan sebelum tenggat akhir pada hari Jumat, 12 September. Kesempatan ini sangat baik bagi individu maupun perusahaan yang ingin memperluas jaringan mereka, mendapatkan peluang investasi atau rekrutmen, serta posisi merek di dalam komunitas teknologi yang kompetitif.

TechCrunch Disrupt 2025 akan mengundang Ryan Petersen, pendiri dan CEO Flexport, untuk berbagi pengalamannya dalam membangun startup di tengah tantangan perubahan aturan yang cepat dan ketidakpastian global. Acara ini merayakan 20 tahun TechCrunch sebagai media teknologi terkemuka. Sejak didirikan pada 2013, Flexport yang dipimpin Petersen sudah membantu lebih dari 10.000 perusahaan dalam mengelola pengiriman barang dengan nilai total mencapai 175 miliar dolar AS di seluruh dunia. Flexport juga berhasil meraih pendanaan sebesar 2,3 miliar dolar AS untuk merevolusi sistem rantai pasok global. Setelah mundur dari posisi CEO pada 2022, Petersen kembali dalam waktu kurang dari satu tahun untuk menstabilkan perusahaan dan memandu fase pertumbuhan berikutnya. Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya ketahanan dan pemimpin yang visioner dalam menghadapi tekanan pasar. Dalam sesi yang akan diadakan di Builders Stage, Petersen juga akan membahas topik-topik penting seperti tarif perdagangan, kebijakan perdagangan global, dan bagaimana kecerdasan buatan mulai memainkan peran besar dalam dunia bisnis dan logistik yang semakin kompleks. Ini merupakan kesempatan langka dan sangat berharga bagi para pengusaha dan profesional industri untuk mendapatkan wawasan langsung dari pengalaman nyata yang dapat membantu mereka bertahan dan berkembang meskipun dalam situasi yang penuh ketidakpastian dan perubahan cepat.

Seasystems, penyedia solusi mooring, dan Stena Bulk, perusahaan pengiriman tanker, menjalin kerjasama untuk mengembangkan solusi infrastruktur LNG terapung. Kolaborasi ini menggabungkan keahlian dalam sistem mooring dan penyimpanan mengambang khususnya teknologi jettyless yang dimiliki Stena Bulk. Teknologi yang dikembangkan termasuk sistem extended floating storage unit (FSU) dan floating storage regasification unit (FSRU) mooring system yang dikenal sebagai EFM, serta jettyless floating terminal (JFT). Teknologi ini memungkinkan operasi LNG di lokasi bersama kedalaman air yang memadai tanpa membutuhkan dermaga atau pelabuhan besar. Menurut Göran Hermansson, General Manager LNG Stena Bulk, teknologi jettyless ini membuat penanganan dan penyimpanan LNG lebih fleksibel, efisien, dan hemat biaya. Kerjasama ini memungkinkan teknologi tersebut dimiliki oleh Stena Bulk tapi dipasarkan dan disuplai secara eksklusif oleh Seasystems. Torkjell Lisland, Managing Director Seasystems, menyatakan bahwa kerjasama ini merupakan tonggak penting yang dapat membantu mendukung klien lama dan proyek LNG baru di seluruh dunia dengan solusi terminal jettyless yang lebih hemat dan lengkap. Solusi jettyless ini sangat bermanfaat terutama di lokasi yang belum memiliki infrastruktur pelabuhan memadai, karena dapat digunakan di lokasi pesisir atau lepas pantai dengan kondisi perairan yang menantang. Kerjasama tersebut diharapkan dapat membuka pasar baru dan meningkatkan efisiensi infrastruktur LNG global.