
Banyak perusahaan di era sekarang mulai memindahkan sistem penting mereka ke layanan cloud sehingga mereka dapat menikmati fleksibilitas dan skalabilitas yang lebih besar. Namun, mereka juga menemukan bahwa layanan cloud tidak selalu sempurna dan bisa mengalami gangguan, yang dapat sangat mengganggu proses bisnis dan merugikan secara finansial.
Para ahli menganjurkan supaya perusahaan fokus pada ketahanan alur kerja yang esensial seperti proses login, penempatan pesanan, dan penagihan. Dengan adanya jalur alternatif seperti penggunaan cache atau mode baca-saja, bisnis bisa tetap berjalan meskipun layanan cloud bermasalah, sehingga bukan nol gangguan yang diharapkan, tapi nol paralisis bisnis.
Strategi lain yang penting adalah menjadikan recovery sebuah proses otomatis dan berkelanjutan, dengan pengujian rutin agar perusahaan dapat memastikan bahwa data dan layanan dapat dipulihkan dengan cepat bila terjadi kerusakan. Pendekatan multicloud dan hybrid juga menjadi solusi untuk mengurangi risiko ketergantungan pada satu provider cloud saja.
Teknologi seperti observabilitas real-time, failover otomatis, dan simulasi skenario gangguan dengan bantuan AI meningkatkan kesiagaan perusahaan menghadapi bencana. Sedangkan budaya kerja yang mendorong latihan failover dan eksperimen menjadi fondasi agar tim siap menghadapi kondisi nyata, bukan hanya teori di atas kertas.
Secara keseluruhan, arsitektur cloud yang andal adalah yang dirancang dengan asumsi kegagalan pasti terjadi, tetapi sistem dapat pulih dengan cepat dan bisnis tetap berjalan tanpa gangguan berarti. Automasi, pengujian, dan arsitektur desain yang fleksibel adalah kunci untuk menjaga bisnis tetap terus tumbuh dan inovatif.