Courtesy of YahooFinance
Trump Umumkan Tarif Baja dan Aluminium, Pasar Asia Bersiap Tertekan
10 Feb 2025, 05.38 WIB
98 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Pernyataan Trump tentang tarif dapat mempengaruhi pasar global secara signifikan.
- Kondisi inflasi dan pengangguran di AS menunjukkan tanda-tanda pemulihan meskipun ada ketidakpastian.
- Reaksi pasar terhadap kebijakan ekonomi sering kali lebih cepat dibandingkan dengan data ekonomi yang dirilis.
Pasar Asia diperkirakan akan mengalami pembukaan yang tidak stabil setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif pada semua impor baja dan aluminium. Hal ini menyebabkan penurunan nilai mata uang komoditas dan saham di Asia. Meskipun ada beberapa kenaikan pada saham di China, kekhawatiran terhadap kebijakan tarif baru Trump dan dampaknya terhadap ekonomi global membuat investor cemas. Selain itu, data terbaru menunjukkan penurunan dalam sentimen konsumen di AS, yang menambah ketidakpastian di pasar.
Di sisi lain, pasar juga akan memperhatikan perkembangan di China, terutama terkait dengan kekuatan teknologi dan kecerdasan buatan. Namun, ada kekhawatiran bahwa inflasi yang meningkat di China mungkin tidak bertahan lama. Selain itu, mata uang seperti rand Afrika Selatan juga mengalami penurunan setelah AS membekukan bantuan ke negara tersebut. Minggu ini, beberapa acara penting seperti kesaksian Ketua Fed Jerome Powell dan data inflasi dari berbagai negara akan menjadi fokus perhatian pasar.
--------------------
Analisis Kami: Kebijakan tarif Trump yang luas sebenarnya menciptakan tekanan yang tidak perlu pada rantai pasok global dan pasar keuangan, yang bisa berujung pada gangguan ekonomi lebih luas. Investor harus bersiap menghadapi risiko pasar yang meningkat dan dampak negatif dari perang dagang yang sedang memanas, terutama di sektor industri dan obat-obatan.
--------------------
Analisis Ahli:
Bob Savage: Pasar lebih banyak bereaksi terhadap perubahan kebijakan Trump daripada data ekonomi riil, dan ketegangan ini memperbesar ketidakpastian bagi pelaku pasar.
Andrew Tilton: Konsumsi di China masih melemah dengan tren penurunan kualitas pembelanjaannya, walaupun ada lonjakan inflasi musiman yang mungkin hanya sementara.
--------------------
What's Next: Pasar global mungkin akan mengalami volatilitas lebih tinggi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi jika ketegangan perdagangan dan tarif meningkat, memicu langkah kebijakan moneter yang lebih hati-hati dari bank sentral utama.
Referensi:
[1] https://finance.yahoo.com/news/commodity-currencies-slide-trump-tariff-223827765.html
[1] https://finance.yahoo.com/news/commodity-currencies-slide-trump-tariff-223827765.html
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang dijanjikan oleh Donald Trump terkait tarif?A
Donald Trump berjanji untuk mengenakan tarif 25% pada semua impor baja dan aluminium.Q
Bagaimana reaksi pasar Asia terhadap pernyataan Trump?A
Pasar Asia diperkirakan akan mengalami kerugian setelah pernyataan Trump, dengan mata uang komoditas yang turun.Q
Apa dampak dari tarif yang diumumkan Trump terhadap dolar?A
Dolar menguat sementara pasar saham mengalami penurunan setelah pengumuman tarif.Q
Apa yang diharapkan dari kesaksian Jerome Powell?A
Kesaksian Jerome Powell diharapkan dapat memberikan wawasan tentang dampak tarif terhadap kebijakan moneter.Q
Bagaimana kondisi inflasi di Cina saat ini?A
Inflasi di Cina diperkirakan akan meningkat sementara konsumen tetap berhati-hati dalam pengeluaran.Artikel Serupa
Bisnis
6 bulan lalu
89 dibaca
Dampak Tarif Trump Terhadap Pasar Saham dan Inflasi Mendatang
Finansial
6 bulan lalu
97 dibaca
Tarif Impor Trump Guncang Pasar, Investor Tunggu Kesaksian Fed dan Data Inflasi
Finansial
6 bulan lalu
224 dibaca
Tarif Baru Trump Guncang Pasar Saham dan Perdagangan Global
Finansial
6 bulan lalu
99 dibaca
Pasar Global Tertekan Setelah AS Terapkan Tarif Baja dan Aluminium 25%
Finansial
6 bulan lalu
95 dibaca
Ancaman Tarif AS dan Kepemimpinan Fed: Apa Dampaknya pada Pasar Saham Global?
Finansial
6 bulan lalu
150 dibaca
Pasar Saham Tanggapi Tarif dengan Optimisme Menantikan Data Inflasi dan Fed
Bisnis
6 bulan lalu
50 dibaca