Courtesy of Forbes
AI di Media Sosial: Mengubah Interaksi atau Merusak Kualitas Konten?
15 Feb 2025, 19.29 WIB
74 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Perusahaan media sosial perlu mengubah cara mereka menggunakan AI untuk meningkatkan kualitas konten.
- AI dapat memiliki dampak positif atau negatif tergantung pada bagaimana teknologi ini diterapkan.
- Pentingnya desain algoritma yang etis untuk mendorong interaksi online yang positif.
Minggu lalu, CEO BuzzFeed, Jonah Peretti, mengkritik platform media sosial seperti TikTok dan Meta (induk Facebook) karena lebih fokus pada teknologi dan kecerdasan buatan (AI) daripada konten yang berkualitas. Ia berpendapat bahwa algoritma yang digunakan oleh platform tersebut cenderung memprioritaskan konten yang dapat memicu kemarahan dan emosi negatif untuk meningkatkan keterlibatan pengguna. Peretti juga mengumumkan bahwa BuzzFeed akan meluncurkan platform media sosial baru yang bertujuan untuk menyebarkan kebahagiaan dan ekspresi kreatif yang menyenangkan.
Para ahli, seperti Dr. Pablo Rivas dan Dr. Arthur O'Connor, menjelaskan bahwa meskipun AI dapat digunakan untuk meningkatkan interaksi positif di media sosial, saat ini banyak digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah dan memperburuk isolasi sosial. Mereka menekankan pentingnya penggunaan AI yang bijaksana dan etis, serta perlunya pengawasan manusia untuk memastikan teknologi ini digunakan dengan cara yang baik. Jika platform media sosial dapat merancang algoritma yang tidak hanya mengejar perhatian tetapi juga mendorong percakapan yang produktif, maka AI bisa menjadi alat yang bermanfaat.
--------------------
Analisis Kami: Teknologi AI di media sosial saat ini sedang mengalami masa krisis etika yang serius, di mana algoritma lebih mengutamakan engagement daripada kebaikan sosial. Tanpa perubahan mendalam dalam prioritas dan regulasi, AI justru akan memperparah polarisasi dan menurunkan kualitas interaksi manusia di dunia maya.
--------------------
Analisis Ahli:
Dr. Pablo Rivas: AI jika dirancang dengan prinsip etika dapat meningkatkan kualitas interaksi online dengan menyorot konten yang faktual dan bermakna.
Dr. Arthur O'Connor: AI dalam bentuk algoritma media sosial memperkuat model kapitalisme pengawasan yang merusak fokus dan kecerdasan pengguna, juga dapat memperparah isolasi sosial.
Dr. Mel Stanfill: Perlu ada perubahan paradigma pada algoritma yang tidak cuma mengejar perhatian, tapi juga mendorong diskusi yang produktif dan moderasi dengan sentuhan manusia.
--------------------
What's Next: Jika platform media sosial tidak merombak penggunaan AI mereka untuk fokus pada kualitas dan etika, fenomena konten negatif, isolasi sosial, dan penurunan kemampuan kritis pengguna akan semakin meluas di masa depan.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/petersuciu/2025/02/15/too-much-focus-on-ai-has-taken-the-social-out-of-social-media/
[1] https://www.forbes.com/sites/petersuciu/2025/02/15/too-much-focus-on-ai-has-taken-the-social-out-of-social-media/
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang dikritik Jonah Peretti tentang platform media sosial?A
Jonah Peretti mengkritik bahwa platform media sosial tidak lagi peduli dengan konten dan lebih fokus pada teknologi dan AI.Q
Siapa yang disebut dalam surat terbuka Peretti?A
Zhang Yiming dan Mark Zuckerberg disebut dalam surat terbuka Peretti.Q
Apa dampak AI terhadap konten di media sosial menurut Dr. Pablo Rivas?A
Dr. Pablo Rivas menjelaskan bahwa AI dapat secara tidak sengaja mempromosikan konten sensasional atau terpolarisasi.Q
Bagaimana Dr. Arthur O'Connor menggambarkan risiko AI?A
Dr. Arthur O'Connor menggambarkan risiko AI sebagai kemampuan untuk memanipulasi apa yang dilihat pengguna, yang dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis.Q
Apa yang perlu diubah dalam algoritma rekomendasi menurut Dr. Mel Stanfill?A
Dr. Mel Stanfill menyarankan agar algoritma rekomendasi tidak hanya mengoptimalkan perhatian tetapi juga mendorong percakapan yang produktif.