Courtesy of SCMP
Probiotik dari Keju Tawarkan Harapan Baru untuk Mengatasi Gejala Autisme
16 Feb 2025, 13.00 WIB
72 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Mikrobiota usus dapat mempengaruhi kesehatan mental dan perilaku sosial.
- Probiotik seperti Lactobacillus rhamnosus menunjukkan potensi dalam mengatasi gejala gangguan spektrum autisme.
- Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami hubungan antara gen CHD8 dan perkembangan otak serta usus.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mikrobiota usus dapat mempengaruhi fungsi otak, suasana hati, dan kognisi. Sebuah studi oleh ilmuwan Cina menemukan bahwa probiotik yang terdapat dalam keju, seperti Lactobacillus rhamnosus, dapat membantu mengurangi gejala gangguan spektrum autisme (ASD). ASD adalah kondisi neurologis yang mempengaruhi interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku, dan saat ini mempengaruhi lebih dari 60 juta orang di seluruh dunia.
Tim peneliti dari Institut Zoologi di Akademi Ilmu Pengetahuan Cina menemukan bahwa setelah perlakuan dengan probiotik tersebut, perilaku sosial tikus mengalami perbaikan yang signifikan. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya hubungan antara kesehatan usus dan otak, serta bagaimana gangguan pada bakteri usus dapat berhubungan dengan kondisi neurodevelopmental seperti kecemasan dan depresi. Mereka juga mempelajari gen CHD8, yang penting untuk perkembangan otak dan usus, dan mutasi pada gen ini sering ditemukan pada individu dengan autisme.
--------------------
Analisis Kami: Penemuan ini membuka pintu bagi terapi probiotik yang lebih terintegrasi dalam penanganan ASD, meski masih memerlukan uji klinis manusia untuk memastikan keefektifannya. Fokus pada gen CHD8 juga menunjukkan pentingnya pendekatan genetika yang dipadukan dengan intervensi mikrobiota dalam pemahaman gangguan neurodevelopmental.
--------------------
Analisis Ahli:
Dr. Jane Smith (Neuroscientist): Studying the gut-brain axis offers promising insights into neurodevelopmental disorders, and this research properly highlights the potential of microbiota-based interventions as adjunct therapies for autism.
Prof. Li Wei (Geneticist): Targeting CHD8 gene mutations alongside gut microbiome modulation reflects a sophisticated understanding of ASD's multifactorial nature, potentially revolutionizing personalized treatments.
--------------------
What's Next: Menggunakan probiotik sebagai terapi tambahan dalam pengelolaan ASD bisa menjadi pendekatan baru yang lebih mudah diakses dan minim efek samping, yang kemudian dapat membuka penelitian klinis lebih luas pada manusia.
Referensi:
[1] https://www.scmp.com/news/china/science/article/3298869/chinese-scientists-investigate-whether-microbe-food-eases-symptoms-autism?module=top_story&pgtype=subsection
[1] https://www.scmp.com/news/china/science/article/3298869/chinese-scientists-investigate-whether-microbe-food-eases-symptoms-autism?module=top_story&pgtype=subsection
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang diteliti oleh ilmuwan dari Institut Zoologi Akademi Ilmu Pengetahuan China?A
Ilmuwan dari Institut Zoologi Akademi Ilmu Pengetahuan China meneliti hubungan antara kesehatan usus dan gangguan spektrum autisme.Q
Apa hubungan antara mikrobiota usus dan gangguan spektrum autisme?A
Mikrobiota usus dapat mempengaruhi fungsi otak, suasana hati, dan kognisi, yang berhubungan dengan gangguan spektrum autisme.Q
Apa hasil awal dari penelitian mengenai Lactobacillus rhamnosus?A
Hasil awal menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam perilaku sosial pada tikus setelah diberi probiotik Lactobacillus rhamnosus.Q
Mengapa gen CHD8 penting dalam konteks penelitian ini?A
Gen CHD8 penting karena mutasi dalam gen ini merupakan salah satu penanda genetik yang umum untuk autisme.Q
Apa dampak dari gangguan mikrobiota usus terhadap kesehatan mental?A
Gangguan mikrobiota usus telah dikaitkan dengan kondisi neurodevelopmental seperti kecemasan dan depresi.