Courtesy of CNBCIndonesia
Karyawan Google DeepMind Tolak Jual AI ke Israel dan Hadapi Pemecatan Massal
Menginformasikan tentang protes karyawan Google terhadap penjualan teknologi AI ke Israel dan dampaknya terhadap karyawan yang terlibat dalam protes tersebut.
28 Apr 2025, 11.15 WIB
82 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Karyawan Google DeepMind menentang penjualan teknologi AI kepada Israel.
- Pemecatan karyawan yang terlibat dalam protes menunjukkan ketegangan antara manajemen dan karyawan.
- Aktivisme di tempat kerja semakin meningkat, terutama terkait isu-isu politik dan etika.
Sunnyvale, California, Amerika Serikat - Karyawan Google DeepMind menentang rencana perusahaan untuk menjual teknologi kecerdasan buatan (AI) ke Israel. Mereka khawatir teknologi tersebut akan digunakan oleh militer Israel dalam konflik dengan Palestina. Sekitar 300 pegawai DeepMind telah bergabung dengan Serikat Pekerja Komunikasi untuk menentang rencana ini.
Sebelumnya, banyak karyawan Google yang tidak setuju dengan hubungan bisnis Google dengan militer Israel. Google dikabarkan menjual layanan cloud dan teknologi AI mereka ke Kementerian Pertahanan Israel. Sebanyak 28 karyawan Google yang terkait dengan protes terbuka dipecat, dan lebih dari 50 karyawan dipecat setelah menyatakan sikap membela Palestina.
Jane Chung, juru bicara grup aktivis 'No Tech for Apartheid', mengatakan bahwa pemecatan ini menunjukkan upaya Google untuk menekan perbedaan dan membungkam para pekerja. Karyawan Google melakukan aksi demo selama 8 jam di kantor Google di Sunnyvale dan New York City untuk menggugat keputusan Google bermitra dengan pemerintah Israel. Juru bicara Google mengonfirmasi bahwa pemecatan dilakukan setelah investigasi terkait demo tersebut.
--------------------
Analisis Kami: Karyawan Google DeepMind yang berani menentang penggunaan teknologi AI untuk tujuan militer adalah cermin nyata dari dilema etika yang terus membayangi industri teknologi tinggi. Google harus segera meninjau kembali kebijakan internalnya agar tidak kehilangan kepercayaan sekaligus tetap menjaga integritas moral dan harmoni di tempat kerja.
--------------------
Analisis Ahli:
Jane Chung: Pemecatan pegawai yang menyampaikan kritik terhadap kontrak militer menunjukkan bahwa Google berusaha mengontrol suara internalnya dengan cara yang represif, yang dapat merusak budaya kerja dan reputasi perusahaan dalam jangka panjang.
Sundar Pichai: Google harus mempertahankan keberlanjutan bisnis sambil berada dalam koridor aturan perusahaan yang tidak memperbolehkan aktivitas yang mengganggu ketertiban dan kenyamanan di lingkungan kerja.
--------------------
What's Next: Ketegangan antara karyawan dan manajemen Google kemungkinan akan meningkat, yang dapat memicu serikat pekerja lebih besar serta tekanan dari publik dan komunitas internasional terhadap praktik bisnis Google terkait teknologi AI dan penggunaan militernya.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250428101722-37-629228/google-jual-teknologi-masa-depan-ke-israel-karyawan-bersatu-melawan
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250428101722-37-629228/google-jual-teknologi-masa-depan-ke-israel-karyawan-bersatu-melawan
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang dilakukan karyawan Google DeepMind terkait penjualan teknologi AI ke Israel?A
Karyawan Google DeepMind berencana membentuk serikat pekerja untuk menentang rencana Google menjual teknologi AI ke Israel.Q
Mengapa karyawan Google melakukan protes terhadap keputusan perusahaan?A
Karyawan Google melakukan protes karena mereka tidak setuju dengan hubungan bisnis Google dengan militer Israel.Q
Siapa yang dipecat oleh Google terkait protes ini?A
Sebanyak 28 karyawan Google dipecat karena terlibat dalam protes, dan lebih dari 50 karyawan lainnya juga dipecat setelahnya.Q
Apa tujuan dari serikat pekerja yang dibentuk oleh karyawan DeepMind?A
Tujuan serikat pekerja yang dibentuk adalah untuk bersatu menentang keputusan Google yang dianggap merugikan dan tidak etis.Q
Apa dampak dari penjualan teknologi Google kepada Kementerian Pertahanan Israel?A
Dampak dari penjualan teknologi ini dikhawatirkan akan digunakan oleh militer Israel untuk melancarkan serangan terhadap Palestina.