Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Pomodo
TwitterInstagram
Tentang
TeknologiKecerdasan BuatanKendaraan Listrik dan BateraiKeamanan SiberPengembangan SoftwareGadgets dan WearablePermainan Console, PC, Mobile dan VRRobotika
BisnisEkonomi MakroStartup dan KewirausahaanManajemen dan Strategi BisnisMarketing
SainsFisika dan KimiaMatematikaNeurosains and PsikologiKesehatan dan Obat-obatanIklim dan LingkunganAstronomi dan Penjelajahan Luar Angkasa
FinansialMata Uang KriptoInvestasi dan Pasar ModalPerencanaan KeuanganPerbankan dan Layanan KeuanganKebijakan Fiskal
Sumba, Dunia yang Hilang: Menguak Rahasia Hewan Purba dan Evolusi Wallacea
Courtesy of CNBCIndonesia
Sains
Iklim dan Lingkungan

Sumba, Dunia yang Hilang: Menguak Rahasia Hewan Purba dan Evolusi Wallacea

Mengungkap keberadaan spesies langka dan punah yang pernah hidup di Sumba serta memperluas pemahaman tentang evolusi dan keanekaragaman hayati di wilayah Wallacea.

CNBCIndonesia
DariĀ CNBCIndonesia
14 Mei 2025, 12.05 WIB
107 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Sumba memiliki sejarah hewan purba yang kaya dan menjadi subjek penelitian ilmiah.
  • Fosil yang ditemukan di Sumba memberikan wawasan baru tentang evolusi dan kepunahan spesies.
  • Wilayah Wallacea penting dalam studi biologi dan konservasi karena keanekaragaman hayatinya.
Sumba, Nusa Tenggara Timur, Indonesia - Sumba, sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, dikenal sebagai tempat yang menyimpan banyak misteri keanekaragaman hayati dari masa lalu. Ilmuwan menemukan bahwa pulau ini dahulu menjadi rumah bagi banyak hewan yang kini sudah punah, seperti gajah mini, tikus, kadal raksasa, dan bahkan komodo. Penemuan ini membuka wawasan baru tentang makhluk hidup yang pernah menghuni pulau ini ribuan tahun yang lalu.
Baca juga: Foto Misterius di Pantai Sebenarnya Tanaman Lidah Buaya yang Mati
Penelitian fosil hewan di Sumba dilakukan oleh tim dari Zoological Society of London mulai dari tahun 2011 hingga 2014. Mereka menemukan fosil tersebut memiliki umur sekitar 12.000 tahun. Sementara itu, ditemukannya fosil komodo yang sekarang hanya ada di Pulau Komodo dan Flores, memperkuat dugaan bahwa Sumba juga merupakan habitat asli hewan langka tersebut di masa lampau.
Sumba berada dalam wilayah Wallacea, sebuah area geografis yang terdiri dari pulau-pulau seperti Sulawesi, Lombok, Flores, hingga Halmahera. Wilayah ini dikenal unik karena spesies di sana berkembang terisolasi dan berbeda dengan pulau lain di Indonesia. Penemuan fosil-fosil ini membantu ilmuwan memahami sejarah evolusi dan keberagaman hayati yang terjadi di kawasan tersebut.
Peneliti berharap adanya penelitian lanjutan di Sumba supaya bisa memahami bagaimana spesies-spesies ini berevolusi dan alasan punahnya beberapa hewan langka tersebut. Banyak yang percaya kepunahan hewan ini berkaitan dengan kedatangan manusia modern di wilayah tersebut. Pemahaman ini penting untuk menyusun strategi pelestarian keanekaragaman hayati.
Baca juga: BRIN Temukan Spesies Kadal Buta Baru Endemik di Pulau Buton
Sumba kini jadi sorotan bukan hanya sebagai tempat pariwisata, tapi juga sebagai pusat penelitian ilmiah yang penting. Penemuan ini mengingatkan kita akan dunia yang hilang sekaligus kekayaan alam yang pernah dimiliki Indonesia. Dengan terus menggali dan mempelajari fosil-fosil di sana, kita bisa lebih menghargai dan melestarikan warisan alam yang ada.
(Sumber)

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang menyebut Sumba sebagai 'dunia yang hilang'?
A
Sumba disebut sebagai 'dunia yang hilang' karena menjadi rumah bagi berbagai hewan yang sebagian besar telah punah.
Q
Hewan apa saja yang pernah hidup di Sumba berdasarkan temuan fosil?
A
Hewan yang pernah hidup di Sumba antara lain gajah mini, spesies tikus, kadal raksasa, dan komodo.
Q
Siapa yang melakukan ekspedisi penelitian di Sumba?
A
Ekspedisi penelitian di Sumba dilakukan oleh tim dari Zoological Society of London (ZSL).
Q
Apa yang dimaksud dengan wilayah Wallacea?
A
Wilayah Wallacea adalah area yang mencakup Sumba, Sulawesi, Lombok, Flores, dan pulau-pulau lainnya yang dikenal dengan keanekaragaman spesies.
Q
Mengapa penelitian lebih lanjut di Sumba dianggap penting?
A
Penelitian lebih lanjut di Sumba penting untuk memahami evolusi spesies di area tersebut.

Artikel Serupa

Asal Usul T-Rex Ternyata dari Asia, Bukan Amerika Utara
Asal Usul T-Rex Ternyata dari Asia, Bukan Amerika Utara
Dari CNBCIndonesia
Misteri Gunung Berapi Zombie Uturuncu di Bolivia yang Tak Kunjung Meletus
Misteri Gunung Berapi Zombie Uturuncu di Bolivia yang Tak Kunjung Meletus
Dari CNBCIndonesia
Penemuan Dunia Hilang di Sumba: Fosil Hewan Purba Terungkap
Penemuan Dunia Hilang di Sumba: Fosil Hewan Purba Terungkap
Dari CNBCIndonesia
Populasi Unta Liar di Australia: Masalah dan Dampaknya
Populasi Unta Liar di Australia: Masalah dan Dampaknya
Dari CNBCIndonesia
Pemanasan Global Ungkap Kehidupan Kuno dari Balik Lapisan Es
Pemanasan Global Ungkap Kehidupan Kuno dari Balik Lapisan Es
Dari CNBCIndonesia
Penemuan Spesies Spons Tertua di Bumi Berusia 15.000 Tahun di Antartika
Penemuan Spesies Spons Tertua di Bumi Berusia 15.000 Tahun di Antartika
Dari CNBCIndonesia
Asal Usul T-Rex Ternyata dari Asia, Bukan Amerika UtaraCNBCIndonesia
Sains
1 bulan lalu
49 dibaca

Asal Usul T-Rex Ternyata dari Asia, Bukan Amerika Utara

Misteri Gunung Berapi Zombie Uturuncu di Bolivia yang Tak Kunjung MeletusCNBCIndonesia
Sains
1 bulan lalu
80 dibaca

Misteri Gunung Berapi Zombie Uturuncu di Bolivia yang Tak Kunjung Meletus

Penemuan Dunia Hilang di Sumba: Fosil Hewan Purba TerungkapCNBCIndonesia
Sains
1 bulan lalu
139 dibaca

Penemuan Dunia Hilang di Sumba: Fosil Hewan Purba Terungkap

Populasi Unta Liar di Australia: Masalah dan DampaknyaCNBCIndonesia
Sains
1 bulan lalu
72 dibaca

Populasi Unta Liar di Australia: Masalah dan Dampaknya

Pemanasan Global Ungkap Kehidupan Kuno dari Balik Lapisan EsCNBCIndonesia
Sains
1 bulan lalu
96 dibaca

Pemanasan Global Ungkap Kehidupan Kuno dari Balik Lapisan Es

Penemuan Spesies Spons Tertua di Bumi Berusia 15.000 Tahun di AntartikaCNBCIndonesia
Sains
1 bulan lalu
28 dibaca

Penemuan Spesies Spons Tertua di Bumi Berusia 15.000 Tahun di Antartika