Chatbot Terapi Berisiko Stigmatisasi dan Respons Salah pada Pengguna dengan Gangguan Mental
Courtesy of TechCrunch

Chatbot Terapi Berisiko Stigmatisasi dan Respons Salah pada Pengguna dengan Gangguan Mental

Mengevaluasi bagaimana chatbot terapi yang menggunakan model bahasa besar menunjukkan stigma dan respons yang tidak tepat sehingga tidak aman menggantikan terapis manusia, serta memikirkan peran yang tepat untuk teknologi ini dalam bidang terapi.

14 Jul 2025, 02.50 WIB
43 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Chatbot dapat menunjukkan stigma terhadap kondisi kesehatan mental tertentu.
  • Penggunaan chatbot dalam terapi harus dipertimbangkan dengan hati-hati untuk menghindari respon yang tidak pantas.
  • Chatbot bisa berfungsi sebagai alat bantu dalam terapi, tetapi tidak bisa sepenuhnya menggantikan peran terapis manusia.
Penelitian dari Universitas Stanford menemukan bahwa chatbot terapi yang menggunakan model bahasa besar masih menunjukkan stigma terhadap pengguna dengan kondisi kesehatan mental seperti ketergantungan alkohol dan skizofrenia, lebih dibandingkan dengan depresi. Ini mengindikasikan bahwa chatbot belum sepenuhnya mampu memberikan terapi yang non diskriminatif. Dalam dua eksperimen, chatbot diuji menggunakan deskripsi kasus gejala dan transkrip terapi asli. Hasilnya menunjukkan bahwa chatbot kadang gagal menanggapi gejala serius, seperti ide bunuh diri dan delusi dengan cara yang aman dan tepat, bahkan dalam beberapa kasus memberikan jawaban yang bisa berbahaya. Model terbaru dan yang lebih besar ternyata tidak lebih baik dalam menghilangkan stigma dibanding model lama. Hal ini bertentangan dengan pandangan umum bahwa lebih banyak data dan model yang lebih canggih otomatis menghasilkan respons yang lebih baik. Para peneliti menegaskan bahwa chatbot terapi belum siap menggantikan terapis manusia karena risiko signifikan yang ditemukan. Namun, mereka menyarankan agar teknologi ini dapat berguna untuk mendukung aspek-aspek lain dalam proses terapi, seperti membantu administrasi, pelatihan, dan mendukung pasien dalam kegiatan seperti menulis jurnal. Penelitian ini akan dipresentasikan di konferensi internasional ACM tentang Fairness, Accountability, and Transparency sebagai upaya untuk membuka diskusi kritis mengenai batasan dan potensi penggunaan AI dalam bidang kesehatan mental.
Sumber: https://techcrunch.com/2025/07/13/study-warns-of-significant-risks-in-using-ai-therapy-chatbots/

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang ditemukan oleh peneliti Stanford tentang chatbot terapi?
A
Peneliti Stanford menemukan bahwa chatbot terapi dapat menunjukkan stigma terhadap pengguna dengan kondisi kesehatan mental tertentu dan memberikan respon yang tidak pantas.
Q
Apa yang dimaksud dengan stigma dalam konteks chatbot kesehatan mental?
A
Stigma dalam konteks chatbot kesehatan mental merujuk pada penilaian negatif terhadap individu dengan kondisi seperti ketergantungan alkohol dan skizofrenia.
Q
Siapa yang menjadi penulis utama penelitian ini?
A
Penulis utama penelitian ini adalah Jared Moore, seorang kandidat Ph.D. dalam ilmu komputer di Stanford.
Q
Bagaimana chatbot bereaksi terhadap gejala bunuh diri dan delusi?
A
Chatbot kadang-kadang gagal dalam memberikan respon yang memadai terhadap gejala seperti bunuh diri dan delusi, bahkan memberikan informasi yang tidak relevan.
Q
Apa saran peneliti untuk penggunaan chatbot di bidang kesehatan mental?
A
Peneliti menyarankan bahwa chatbot dapat berperan dalam tugas administratif seperti penagihan dan pelatihan, tetapi tidak seharusnya menggantikan terapis manusia.

Artikel Serupa

Masa Depan ChatGPT: Asisten AI Pribadi yang Menyimpan Semua Data Hidup KitaTechCrunch
Teknologi
2 bulan lalu
104 dibaca

Masa Depan ChatGPT: Asisten AI Pribadi yang Menyimpan Semua Data Hidup Kita

Risiko dan Tantangan Menggunakan Chatbot AI untuk Diagnosis MedisTechCrunch
Teknologi
2 bulan lalu
91 dibaca

Risiko dan Tantangan Menggunakan Chatbot AI untuk Diagnosis Medis

OpenAI Mengubah Proses Pembaruan ChatGPT Setelah Insiden Sycophancy EkstremTechCrunch
Teknologi
3 bulan lalu
165 dibaca

OpenAI Mengubah Proses Pembaruan ChatGPT Setelah Insiden Sycophancy Ekstrem

AI-powered therapy shows promise in first clinical trial of mental health study.InterestingEngineering
Sains
4 bulan lalu
65 dibaca

AI-powered therapy shows promise in first clinical trial of mental health study.

Studi terapi AI yang inovatif memicu dilema moral dalam perawatan kesehatan mental.InterestingEngineering
Sains
4 bulan lalu
101 dibaca

Studi terapi AI yang inovatif memicu dilema moral dalam perawatan kesehatan mental.

Chatbots, seperti kita semua, hanya ingin dicintai.Wired
Teknologi
5 bulan lalu
68 dibaca

Chatbots, seperti kita semua, hanya ingin dicintai.