Courtesy of CNBCIndonesia
Quiet Cracking: Tekanan Kerja Tak Terlihat yang Mengancam Produktivitas Karyawan
Mengungkap fenomena quiet cracking yang makin meluas agar perusahaan dan karyawan memahami dampaknya, serta mendorong solusi melalui pelatihan dan komunikasi agar motivasi dan produktivitas kerja tetap terjaga.
27 Agt 2025, 08.15 WIB
69 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Fenomena 'quiet cracking' menunjukkan dampak negatif dari budaya kerja yang buruk.
- Perusahaan perlu mendengarkan keluhan karyawan dan memberikan pelatihan untuk meningkatkan keterlibatan.
- Karyawan harus proaktif dalam mengevaluasi kondisi kerja dan mencari peluang pengembangan karier.
Jakarta, Indonesia - Para pekerja saat ini menghadapi tekanan besar karena peluang pengembangan karier yang minim dan banyaknya pemangkasan karyawan terkait penggunaan kecerdasan buatan. Kondisi ini membuat para karyawan harus bekerja lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit, sehingga menimbulkan kelelahan di lingkungan kerja.
Dalam situasi sulit ini, banyak karyawan memilih untuk tidak bersuara demi mengamankan pekerjaannya. Namun, ketenangan mereka ini justru diwarnai dengan fenomena "quiet cracking", yaitu kondisi di mana karyawan secara tidak sadar mulai kehilangan motivasi dan merasa tidak dihargai tanpa berani berhenti kerja.
Quiet cracking berbeda dengan quiet quitting yang dilakukan secara sadar. Jika quiet quitting adalah berhenti bekerja secara perlahan, quiet cracking adalah kelelahan mental yang sulit dikenali dan mirip dengan burnout, menyebabkan penurunan produktivitas dan semangat kerja.
Data menunjukkan banyak karyawan yang mengalami kondisi ini merasa tidak didengarkan oleh manajer mereka, dan keterlibatan karyawan secara global terus menurun. Hal ini berdampak pada kerugian produktivitas hingga USRp 7.20 quadriliun ($438 miliar) secara global, menandakan pentingnya intervensi dari pihak perusahaan.
Solusi yang disarankan adalah perusahaan harus aktif melakukan pelatihan dan memberikan peluang kerja yang menantang agar karyawan merasa dihargai dan termotivasi. Karyawan juga disarankan untuk proaktif mencari solusi, baik dengan berdiskusi bersama manajer maupun mempertimbangkan perubahan karier.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250827063843-37-661627/taktik-perusahaan-phk-karyawan-diam-diam-ini-dampaknya
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250827063843-37-661627/taktik-perusahaan-phk-karyawan-diam-diam-ini-dampaknya
Analisis Kami
"Fenomena quiet cracking adalah indikator nyata kegagalan perusahaan dalam menjaga kesejahteraan psikologis karyawan dan menyediakan lingkungan kerja yang mendukung. Perusahaan yang mengabaikan masalah ini bukan hanya merugikan karyawannya, tetapi juga merusak fondasi bisnis jangka panjang mereka."
Analisis Ahli
Martin Poduška
"Quiet cracking muncul tanpa disadari dan menimbulkan gejala mirip burnout; perhatian lebih dari manajer terhadap karyawan sangat penting untuk deteksi dini dan solusi."
Prediksi Kami
Jika perusahaan tidak segera menanggapi fenomena quiet cracking dengan kebijakan yang tepat, produktivitas dan loyalitas karyawan akan terus menurun, sehingga bisnis berisiko mengalami kerugian besar dan kesulitan dalam mempertahankan tenaga kerja berkualitas.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang dimaksud dengan 'quiet cracking'?A
'Quiet cracking' adalah fenomena di mana karyawan merasa lelah dan tidak dihargai, tetapi tidak menyadari bahwa mereka mulai melepaskan keterikatan dengan perusahaan.Q
Bagaimana 'quiet cracking' berbeda dengan 'quiet quitting'?A
'Quiet cracking' terjadi tanpa disadari, sementara 'quiet quitting' dilakukan secara sadar oleh karyawan.Q
Apa dampak dari 'quiet cracking' terhadap produktivitas perusahaan?A
'Quiet cracking' dapat menyebabkan penurunan keterlibatan karyawan dan hilangnya produktivitas yang signifikan.Q
Apa yang sebaiknya dilakukan perusahaan untuk mencegah 'quiet cracking'?A
Perusahaan sebaiknya lebih aktif mendengarkan keluhan karyawan, memberikan tugas baru, dan menawarkan pelatihan.Q
Apa saran yang diberikan untuk karyawan yang mengalami 'quiet cracking'?A
Karyawan disarankan untuk berdiskusi dengan manajer atau mempertimbangkan mencari pekerjaan baru jika tidak ada peluang pengembangan karier.