Courtesy of CNBCIndonesia
Malaysia Hadapi Tekanan AS dan Tantangan Infrastruktur Jadi Raja Pusat Data Dunia
Menginformasikan tantangan dan peluang Malaysia dalam menjadi pusat data dunia, termasuk tekanan geopolitik dari AS dan peluang investasi dari perusahaan teknologi global.
12 Sep 2025, 21.00 WIB
85 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Malaysia berusaha menjadi pusat data baru di dunia meskipun menghadapi tekanan geopolitik.
- Perusahaan teknologi besar dari AS dan China berlomba-lomba berinvestasi di Malaysia.
- Johor menawarkan biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura.
Johor, Malaysia - Malaysia tengah menjadi sorotan sebagai calon pusat data terbesar dunia dengan banyak perusahaan teknologi besar dari AS dan China mulai berinvestasi di sana. Negeri jiran ini menarik perhatian karena menawarkan biaya tanah dan listrik yang lebih murah dibandingkan negara tetangganya, Singapura. Namun, ada tantangan besar yang harus dihadapi Malaysia jika ingin mempertahankan posisi ini.
Salah satu tantangan utama adalah tekanan dari Amerika Serikat agar Malaysia melarang perusahaan China menggunakan wilayahnya untuk mengakses chip kecerdasan buatan dari AS. Karena aturan pengendalian ekspor Washington, China tidak boleh menggunakan chip tersebut tanpa izin, dan Malaysia harus mengawasi ketat penggunaan chip ini. Sejak Juli 2023, Malaysia mewajibkan izin untuk semua aktivitas terkait chip AI yang berasal dari AS, termasuk produk dari Nvidia.
Selain tekanan geopolitik, Malaysia juga punya masalah infrastruktur seperti keterbatasan kapasitas jaringan listrik dan ketersediaan sumber daya air. Ini menjadi kendala serius mengingat pusat data membutuhkan banyak listrik dan air untuk beroperasi. Meski begitu, minat investasi tetap tinggi, terutama di wilayah Johor yang saat ini memiliki 12 pusat data dengan kapasitas 369,9 MW dan akan bertambah 28 pusat data lagi dengan kapasitas hampir 900 MW.
Dalam hal investasi, Johor sudah mengamankan 42 proyek dengan nilai total 164,45 miliar ringgit hingga kuartal kedua 2025. Jumlah ini hampir 79% dari kapasitas IT operasional di Malaysia, menunjukkan peran penting Johor dalam ekosistem teknologi negara tersebut. Raksasa teknologi seperti Microsoft, Amazon, dan Alphabet dari AS, serta Tencent, Huawei, dan Alibaba dari China, berlomba-lomba masuk ke pasar ini.
Melihat kondisi tersebut, Malaysia harus pintar mengelola tekanan politik dan menjawab kebutuhan teknis agar mampu menjadi pusat data unggulan dunia. Jika berhasil, ini akan memberikan keuntungan ekonomi besar dan mengangkat posisi Malaysia di kancah teknologi global. Namun, kegagalan mengatasi masalah energi dan hubungan diplomatik bisa menghambat cita-cita tersebut.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250912155424-37-666541/tetangga-ri-sudah-kewalahan-banjir-duit-bisa-pindah-ke-indonesia
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250912155424-37-666541/tetangga-ri-sudah-kewalahan-banjir-duit-bisa-pindah-ke-indonesia
Analisis Kami
"Malaysia berada di persimpangan geopolitik yang krusial dalam industri teknologi tinggi, harus menyeimbangkan kepentingan AS dan China sambil membangun infrastruktur teknologi yang memadai. Tantangan kapasitas listrik dan air harus segera diatasi agar ambisi menjadi pusat data global tidak gagal di tengah jalan."
Analisis Ahli
Ahmad Fauzi, Ekonom Teknologi
"Malaysia harus memperkuat kerjasama dengan AS untuk menjaga kepercayaan investasi sambil menjaga hubungan dagang dengan China agar tetap seimbang."
Siti Rahmah, Pengamat Infrastruktur
"Investasi besar di Johor adalah peluang besar, namun infrastruktur pendukung harus ditingkatkan untuk menghadapi permintaan energi dan air yang makin tinggi."
Prediksi Kami
Tekanan AS kemungkinan akan membuat pengawasan atas penggunaan chip AI di Malaysia semakin ketat, sementara Malaysia terus tumbuh sebagai pusat data regional utama dengan investasi besar dari perusahaan teknologi global.