Courtesy of CNBCIndonesia

Perang Teknologi AI AS-China: Perlombaan Dominasi Masa Depan Dunia

Menguraikan persaingan ketat antara Amerika Serikat dan China dalam teknologi AI, termasuk upaya dan strategi kedua negara untuk mendominasi bidang tersebut, serta dampak geopolitiknya bagi dunia dan negara lain.

08 Mei 2025, 21.00 WIB

117 dibaca

Ikhtisar 15 Detik

Perang teknologi antara AS dan China semakin intensif, terutama dalam pengembangan kecerdasan buatan.
Kemandirian teknologi menjadi kunci bagi China untuk bersaing dengan AS di bidang AI dan semikonduktor.
Investasi besar dalam infrastruktur AI di AS menunjukkan komitmen untuk mempertahankan dominasi global di bidang teknologi.

Jakarta, Indonesia - Amerika Serikat dan China sedang bersaing sangat ketat untuk menguasai teknologi kecerdasan buatan atau AI, yang dianggap sebagai teknologi penting bagi masa depan. Para pemimpin di kedua negara melakukan berbagai strategi untuk menghambat kemajuan lawan termasuk membatasi ekspor chip dan mineral tertentu.

AS telah berulang kali membatasi pengiriman chip canggih ke China karena takut China menggunakan AI untuk tujuan militer. China merespons dengan memblokir ekspor mineral penting dan meluncurkan program besar bernama 'Big Fund' untuk mendorong kemandirian teknologi mereka.

Komisi AS mengusulkan pemerintah harus melibatkan dana besar seperti Proyek Manhattan dalam pengembangan Artificial General Intelligence (AGI) yang setara atau lebih dari kecerdasan manusia. Pemerintahan Trump pun mengumumkan investasi ratusan miliar dolar untuk membangun infrastruktur AI lewat kolaborasi dengan perusahaan besar seperti OpenAI, SoftBank, dan Oracle.

China kemudian mengejutkan dunia dengan merilis model AI bernama R1 DeepSeek yang efisien dan akurat, membuat pasar AS terguncang dan saham mereka turun signifikan. Di tengah ketegangan itu, perusahaan seperti Huawei juga sedang mengembangkan chip AI canggih untuk bersaing dengan Nvidia.

Selain itu, negara-negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Indonesia menjadi lokasi penting pembangunan pusat data untuk mendukung AI yang membutuhkan lahan dan pasokan listrik besar. Semua upaya ini menunjukkan bahwa AI menjadi teknologi penting dan global yang harus dihadapi dengan serius, termasuk dengan regulasi untuk mengatasi risiko sosial dan ekonomi.

--------------------

Analisis Kami: Persaingan AI antara AS dan China bukan sekadar soal teknologi, melainkan perebutan pengaruh global dan keamanan nasional yang sangat strategis. Keterlibatan pemerintah dalam kolaborasi sektor swasta di AS mungkin bisa mempercepat inovasi, namun pendekatan China yang efisien dan terbuka justru kian memperkuat posisi mereka di panggung AI dunia.

--------------------

Analisis Ahli:

Jacob Helberg: Sejarah menunjukkan bahwa negara yang mendominasi inovasi teknologi pada perubahan besar akan mengontrol tatanan global berikutnya, jadi pengembangan AGI harus menjadi prioritas nasional demi keamanan dan masa depan Amerika.

Jensen Huang: Pasar AI China sangat besar dan berpotensi menghasilkan pendapatan hingga US$50 miliar dalam 2-3 tahun; pemerintah AS harus berhati-hati agar tidak kehilangan peluang di negara tersebut.

Sam Altman: Pengembangan AGI adalah misi penting yang hanya bisa dicapai dengan dukungan kuat dari pemerintah dan sektor swasta, karena teknologi ini menuntut sumber daya besar dan kolaborasi luas.

--------------------

What's Next: Pertarungan teknologi AI antara AS dan China akan semakin intens, dengan kedua negara memperkuat investasi dan inovasi. Negara-negara lain di Asia Tenggara diperkirakan akan makin aktif menjadi pusat data dan riset AI sebagai bagian dari ekosistem global AI yang terus berkembang.

Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250508141622-37-632060/perang-as-china-meledak-proyek-bom-atom-dihidupkan-kembali