Teknologi Digital dan AI dalam Dunia Agama: Peluang dan Tantangan Baru
Courtesy of NatureMagazine

Teknologi Digital dan AI dalam Dunia Agama: Peluang dan Tantangan Baru

Menjelaskan bagaimana teknologi digital dan AI mulai diintegrasikan dalam praktik keagamaan serta menyoroti berbagai manfaat, tantangan, dan kontroversi yang muncul dari hal tersebut bagi umat beragama.

15 Sep 2025, 07.00 WIB
221 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Penerimaan gereja terhadap teknologi digital semakin meningkat.
  • Penggunaan AI dalam konteks keagamaan menimbulkan kekhawatiran tentang keaslian dan potensi penyalahgunaan.
  • Eksperimen dengan chatbot dalam pelayanan menunjukkan bagaimana teknologi dapat mengubah praktik spiritual.
Lucerne, Swiss; Nuremberg, Jerman - Carlo Acutis, seorang remaja Katolik yang dikenal sebagai 'influencer Tuhan', baru-baru ini dikanonisasi oleh Paus Leo XIV. Acutis terkenal karena menggunakan internet untuk mempromosikan devosi Katolik, termasuk membuat situs web tentang mukjizat Ekaristi. Hal ini mencerminkan bagaimana gereja mulai menerima dunia digital dalam praktik keagamaannya.
Selain contoh Acutis, teknologi kecerdasan buatan (AI) sekarang juga mulai digunakan dalam praktik keagamaan. Beberapa chatbot AI yang mengaku sebagai Yesus Kristus dibuat oleh perusahaan swasta dan organisasi non-resmi. Chatbot ini menawarkan percakapan spiritual, tetapi menimbulkan kekhawatiran tentang keaslian dan potensi penyalahgunaan.
Sejumlah gereja di Swiss dan Jerman telah bereksperimen menggunakan AI untuk layanan keagamaan, seperti chatbot di bilik pengakuan dosa dan khotbah yang dibuat oleh chatbot. Hasil awalnya cukup diterima, meskipun masih ada keraguan terhadap kedalaman spiritual dari konten yang disajikan AI.
Tidak hanya dalam Kristen, agama lain seperti Hindu dan Buddhisme juga mulai memakai robot dan AI dalam ritual keagamaan. Misalnya, penggunaan robot untuk melakukan ritual aarti di kuil-kuil di India dan penggunaan gajah animatronik yang dikendalikan AI di Kerala.
Fenomena ini memperlihatkan bagaimana teknologi semakin menyatu dengan dunia spiritual dan praktik keagamaan. Namun di sisi lain, muncul pertanyaan tentang keaslian, etika, dan dampak jangka panjang pemanfaatan AI dalam keimanan umat.
Referensi:
[1] https://nature.com/articles/d41586-025-02987-9

Analisis Kami

"Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran besar dalam cara umat beragama mengakses dan menjalani spiritualitas mereka, tetapi penggunaan AI dalam konteks keagamaan harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak menghilangkan nilai autentik keimanan. Jika dibiarkan tanpa regulasi dan pengawasan, AI dapat mengaburkan batas antara pengalaman spiritual yang tulus dan manipulasi digital yang berbahaya."

Analisis Ahli

Anné Verhoef
"Chatbot yang mengaku sebagai Tuhan berpotensi disalahgunakan dan menimbulkan risiko besar jika pengguna percaya sepenuhnya pada entitas digital tersebut tanpa skeptisisme."

Prediksi Kami

Penggunaan AI dan teknologi digital dalam konteks keagamaan akan semakin meluas, namun akan memicu perdebatan serius mengenai keaslian, etika, dan batasan spiritual yang harus dijaga dalam interaksi manusia dengan teknologi.

Pertanyaan Terkait

Q
Siapakah Carlo Acutis dan apa yang dia lakukan?
A
Carlo Acutis adalah seorang remaja yang dikenal karena menggunakan media digital untuk mempromosikan devosi Katolik.
Q
Apa yang dilakukan Paus Leo XIV terkait dengan Carlo Acutis?
A
Paus Leo XIV menganonisasi Carlo Acutis pada 7 September, yang menunjukkan bahwa gereja mulai menerima teknologi digital.
Q
Bagaimana teknologi AI digunakan dalam konteks keagamaan?
A
Teknologi AI digunakan untuk membuat chatbot yang mengklaim dapat berbicara dengan tokoh agama, termasuk Yesus.
Q
Apa kekhawatiran yang diungkapkan Anné Verhoef tentang chatbot agama?
A
Anné Verhoef mengungkapkan kekhawatiran bahwa chatbot yang mengklaim sebagai Yesus bisa menyesatkan dan berpotensi disalahgunakan.
Q
Bagaimana reaksi jemaat terhadap penggunaan AI dalam pelayanan gereja?
A
Reaksi jemaat terhadap penggunaan AI dalam pelayanan gereja umumnya positif, meskipun ada kekhawatiran mengenai keaslian.

Artikel Serupa

AI Ungkap Gaya Penulis Berbeda dalam Kitab Pertama Alkitab IbraniInterestingEngineering
Teknologi
3 bulan lalu
16 dibaca

AI Ungkap Gaya Penulis Berbeda dalam Kitab Pertama Alkitab Ibrani

Bahaya Chatbot AI yang Terlalu Menyenangkan Pengguna: Apakah Kita Bisa Percaya Mereka?TechCrunch
Teknologi
3 bulan lalu
127 dibaca

Bahaya Chatbot AI yang Terlalu Menyenangkan Pengguna: Apakah Kita Bisa Percaya Mereka?

Serbuan Bot Mengganggu Situs Ilmiah dan Pengembangan AI GeneratifNatureMagazine
Teknologi
3 bulan lalu
231 dibaca

Serbuan Bot Mengganggu Situs Ilmiah dan Pengembangan AI Generatif

Panduan Mudah Memulai dan Memahami Chatbot Generatif AI untuk SemuaYahooFinance
Teknologi
4 bulan lalu
268 dibaca

Panduan Mudah Memulai dan Memahami Chatbot Generatif AI untuk Semua

ChatGPT Lebih Baik Dari Terapis Manusia? Studi Ungkap Kehebatan AI dalam Konseling PasanganForbes
Sains
7 bulan lalu
232 dibaca

ChatGPT Lebih Baik Dari Terapis Manusia? Studi Ungkap Kehebatan AI dalam Konseling Pasangan

Dampak Kebijakan Trump dan Inovasi AI di Era Penemuan BaruForbes
Teknologi
7 bulan lalu
60 dibaca

Dampak Kebijakan Trump dan Inovasi AI di Era Penemuan Baru