Mengapa Proses RFP Sudah Usang dalam Memilih Teknologi Pemasaran
Courtesy of Forbes

Mengapa Proses RFP Sudah Usang dalam Memilih Teknologi Pemasaran

Artikel ini bertujuan untuk mengedukasi pemimpin pemasaran agar fokus pada hasil bisnis nyata, bukan hanya fitur produk atau proses RFP tradisional yang sudah usang, sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan teknologi pemasaran dan menghindari kontrak mahal yang tidak memberikan nilai nyata dalam waktu cepat.

13 Nov 2025, 23.30 WIB
103 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Optimalkan tumpukan martech dan fokus pada hasil bisnis daripada hanya fitur.
  • RFP seringkali tidak memberikan hasil yang relevan dan dapat menyebabkan kontrak jangka panjang yang tidak efektif.
  • Bukti konsep yang cepat dan jelas dapat mengungkapkan efektivitas alat dalam waktu singkat.
Pemimpin pemasaran saat ini harus memberikan pengalaman pelanggan yang lebih cerdas dan personal, namun dengan tim yang lebih kecil dan anggaran terbatas. Banyak perusahaan mendapati tumpukan teknologi pemasaran mereka terlalu penuh dengan alat yang berulang dan kontrak panjang yang mahal, yang membuat efisiensi menjadi masalah utama.
Proses Request for Proposal (RFP) yang lama dan birokratis sering kali lebih menguntungkan vendor yang pandai mengisi formulir dibandingkan vendor yang benar-benar bisa memberikan hasil nyata. RFP juga sering mengarah ke vendor besar yang sudah mapan namun terkadang terlalu rumit dan kurang inovatif.
Sebaliknya, pemimpin pemasaran perlu memfokuskan pada apa yang benar-benar ingin dicapai, seperti peningkatan pendapatan, pengurangan churn, dan pencegahan penipuan. Bukti nyata dari efektivitas vendor harus bisa dilihat dalam waktu beberapa minggu melalui uji coba langsung, bukan hanya melalui demo dengan data yang sudah disesuaikan.
Proof of Concept (POC) yang singkat dan terukur sangat penting. Dalam beberapa minggu saja, perusahaan harus bisa menilai apakah sebuah alat benar-benar bekerja dengan data dan lingkungan mereka, dan harus menetapkan kriteria keberhasilan serta kegagalan yang jelas.
Memotong alat yang tidak memberikan nilai dalam waktu singkat dan mempersiapkan strategi keluar penting agar perusahaan terhindar dari jebakan kontrak otomatis yang mahal dan tidak efektif. Dengan demikian, perusahaan dapat tetap lincah dan fokus pada hasil bisnis nyata.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/councils/forbestechcouncil/2025/11/13/why-rfps-fail-and-how-marketing-leaders-should-evaluate-technology/

Analisis Ahli

Scott Brinker
"RFP sering kali menjadi hambatan inovasi karena mengutamakan dokumentasi dan birokrasi dibandingkan efektivitas dan implementasi dunia nyata. Pendekatan berbasis outcome dan uji coba langsung akan merevolusi cara perusahaan memilih teknologi marketing."
Gartner Analyst
"Perusahaan yang berani meninggalkan proses RFP tradisional dan mengadopsi model bukti konsep dengan pengukuran hasil yang jelas akan memperoleh keunggulan kompetitif yang signifikan di pasar martech yang semakin kompleks."

Analisis Kami

"Fokus pada hasil bisnis nyata dalam memilih teknologi adalah kunci untuk menghindari pemborosan sumber daya dan waktu yang sering terjadi akibat proses RFP yang bertele-tele. Perubahan paradigma ini sangat penting agar perusahaan tetap inovatif dan adaptif dalam lingkungan pemasaran yang sangat kompetitif dan berubah cepat."

Prediksi Kami

Di masa depan, proses pengadaan teknologi pemasaran akan beralih dari metode RFP tradisional ke pendekatan berbasis hasil nyata dengan tes langsung dan POC singkat untuk memastikan investasi teknologi memberikan dampak bisnis dengan cepat.