Courtesy of Forbes
China Wajibkan Influencer Miliki Sertifikat Profesional, Atasi Misinformasi Digital
Artikel ini bertujuan menunjukkan langkah China yang mengatur influencer digital agar hanya profesional bersertifikat yang boleh memberikan saran dalam bidang yang memerlukan keahlian resmi, sekaligus mengangkat diskusi penting tentang tanggung jawab digital serta keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan keamanan publik di era teknologi modern.
14 Nov 2025, 05.14 WIB
199 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Regulasi baru di Tiongkok menunjukkan usaha untuk memverifikasi kredensial influencer di platform digital.
- Ada tantangan besar dalam menyeimbangkan kebebasan berekspresi dengan kebutuhan untuk mencegah disinformasi.
- Penerapan sistem kredensial dapat menjadi titik balik dalam dunia influencer, tetapi efektivitasnya masih harus dilihat.
Beijing, Republik Rakyat Tiongkok - China telah mengeluarkan aturan baru yang mengharuskan influencer yang memberikan saran dalam bidang profesional, seperti medis, hukum, dan keuangan, untuk memiliki bukti kredensial resmi. Langkah ini diambil untuk mengatasi maraknya informasi palsu yang tersebar luas melalui media sosial seperti Weibo, Douyin, dan WeChat. Dengan lebih dari satu miliar pengguna aktif, China mencoba mengembalikan kepercayaan kepada konten yang benar-benar berasal dari para ahli.
Kebijakan ini menuntut agar influencer mendapatkan tanda verifikasi digital yang berfungsi seperti lisensi resmi dalam kehidupan nyata. Jika tidak memiliki sertifikasi resmi, mereka berisiko kehilangan akses ke platform. Regulasi ini berangkat dari masalah klasik internet, yaitu bahwa kebebasan berbicara secara online sering menimbulkan misinformasi yang bisa membahayakan kesehatan dan kehidupan orang banyak.
Peran AI, terutama kecerdasan buatan, sangat penting dalam konstelasi teknologi global saat ini. Tokoh seperti Kai-Fu Lee sudah memprediksi sejak lama bahwa persaingan antara China dan Amerika Serikat akan berfokus pada penguasaan AI dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Dengan aturan baru ini, China menunjukkan bagaimana negara bisa mengelola teknologi dan otoritas untuk menjaga kualitas informasi yang beredar secara digital.
Namun, kebijakan ini juga mendapat kritik karena dianggap berpotensi sebagai bentuk sensor pemerintah yang membatasi kebebasan berekspresi. Selain itu, kemajuan teknologi deepfake yang dapat membuat seseorang tampak dan terdengar seperti ahli resmi menimbulkan tantangan baru dalam verifikasi kredensial. Meski begitu, banyak yang sepakat bahwa ada kebutuhan mendesak untuk menyeimbangkan antara kebebasan digital dan keamanan publik.
Langkah China ini mungkin menjadi titik balik bagi kebijakan pengaturan influencer profesional di seluruh dunia. Negara-negara lain, terutama di demokrasi barat, kini memperhatikan hasilnya sebelum memutuskan melakukan regulasi serupa. Tantangan utama adalah bagaimana menjaga kreativitas dan kebebasan berekspresi tetap hidup, sekaligus memastikan keaslian dan keselamatan informasi yang dikonsumsi oleh jutaan orang secara digital.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/timbajarin/2025/11/13/chinas-credentialing-crackdown-a-reset-for-the-influencer-economy/
[1] https://www.forbes.com/sites/timbajarin/2025/11/13/chinas-credentialing-crackdown-a-reset-for-the-influencer-economy/
Analisis Ahli
Kai-Fu Lee
"China akan menjadi kekuatan besar di bidang AI dan teknologi, dan regulasi seperti ini mencerminkan upaya negara untuk mengintegrasikan teknologi dengan tata kelola yang ketat demi menjaga stabilitas sosial dan kemajuan teknologi."
Forbes columnist
"Deepfakes yang semakin canggih membuat verifikasi kredensial menjadi sangat rumit, sehingga regulasi digital harus dibarengi dengan teknologi pendeteksi dan edukasi bagi pengguna agar tidak mudah terjebak penipuan."
Analisis Kami
"Langkah China ini merupakan pengakuan penting bahwa kebebasan berbicara di online tidak bisa bebas dari tanggung jawab, terutama ketika menyangkut nyawa dan keuangan. Namun, tanpa transparansi dan mekanisme yang kuat, regulasi ini berpotensi menjadi alat sensor yang mengekang inovasi dan kreativitas di ekosistem digital."
Prediksi Kami
Kebijakan kredensial ini kemungkinan akan menjadi model baru dalam mengatur informasi digital yang akan diadopsi atau dimodifikasi oleh negara lain, meski menghadapi tantangan besar dalam implementasi dan potensi dorongan konten ilegal ke platform yang sulit dikontrol.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang baru saja dilakukan oleh Administrasi Siber Tiongkok?A
Administrasi Siber Tiongkok telah memberlakukan peraturan baru yang mengharuskan influencer untuk memiliki kredensial sebelum memberikan nasihat profesional.Q
Mengapa peraturan baru ini diberlakukan?A
Peraturan ini diberlakukan untuk mengatasi masalah disinformasi dan untuk membangun kembali kepercayaan di ruang online.Q
Siapa Kai-Fu Lee dan apa kontribusinya?A
Kai-Fu Lee adalah seorang ahli teknologi yang berpengalaman di Apple dan Microsoft, dan penulis buku 'AI Superpowers' yang membahas tentang kecerdasan buatan dan persaingan global.Q
Apa dampak dari regulasi kredensial bagi influencer?A
Regulasi ini dapat membantu memverifikasi keahlian influencer, tetapi juga berpotensi mendorong konten yang tidak terverifikasi ke platform yang tidak teratur.Q
Bagaimana cara peraturan ini berpotensi mempengaruhi disinformasi di internet?A
Dengan adanya regulasi ini, diharapkan dapat mengurangi disinformasi yang beredar di platform digital, tetapi tantangan tetap ada dalam penegakannya.