Mengenali Pola Cinta yang Harus Diperoleh untuk Hubungan Lebih Otentik
Courtesy of Forbes

Mengenali Pola Cinta yang Harus Diperoleh untuk Hubungan Lebih Otentik

Artikel ini bertujuan untuk mengungkap pentingnya kemampuan menerima cinta dan mengenali tanda-tanda pola pikir 'cinta yang harus diperoleh', yang sering kali menghambat hubungan yang sehat, serta mendorong pembaca untuk melepaskan pola tersebut demi menciptakan hubungan yang otentik dan aman.

22 Nov 2025, 05.30 WIB
52 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Cinta seharusnya diterima sebagai hadiah, bukan sesuatu yang harus diperoleh.
  • Kecemasan dalam hubungan sering kali berasal dari pengalaman masa lalu yang membuat seseorang merasa cinta bersifat kondisional.
  • Membangun hubungan yang aman dan otentik dapat membantu orang merasa bahwa mereka tidak perlu terus-menerus membuktikan diri untuk mendapatkan cinta.
Banyak orang hanya fokus pada bagaimana mengekspresikan cinta, seperti menunjukkan perhatian dan pengorbanan, namun sering lupa bahwa kemampuan untuk menerima cinta juga penting. Orang yang tumbuh di lingkungan dengan cinta yang bersyarat sering menganggap cinta harus diperoleh melalui kinerja atau kesesuaian. Ini menyebabkan hubungan menjadi rumit karena mereka selalu merasa harus membuktikan diri untuk mendapatkan cinta.
Salah satu tanda yang paling jelas dari pola pikir cinta yang harus diperoleh adalah ketika seseorang sangat tergantung pada reaksi pasangannya untuk menentukan harga dirinya setiap saat. Jika pasangannya memberikan pujian, mereka merasa percaya diri, tetapi jika menerima pesan netral atau sikap cuek, mereka segera merasa cemas dan tidak aman. Pola ini biasa disebut sebagai self-esteem yang bergantung pada hubungan.
Pola lain yang muncul adalah kebutuhan terus-menerus untuk meminta jaminan dan konfirmasi bahwa hubungan tetap aman. Orang dengan kecemasan keterikatan sering melakukan ini dengan meminta tahu apakah pasangannya masih mencintainya, bahkan ketika tidak ada masalah nyata. Ini menimbulkan siklus berulang yang melelahkan bagi kedua pihak dan menunjukkan ketakutan bahwa cinta bisa hilang kapan saja.
Selain itu, orang dengan pola ini sering mengorbankan keinginan dan kebutuhan mereka sendiri untuk menghindari konflik. Mereka tampak fleksibel dan mudah diatur, padahal sebenarnya mereka kehilangan keaslian diri melalui kebiasaan menekan diri demi mendapatkan persetujuan pasangan. Hal ini pada akhirnya menghancurkan kejelasan identitas dan membuat hubungan jadi tidak seimbang.
Terakhir, mereka juga sering meminta maaf berlebihan atau menjelaskan diri secara detail meski tidak perlu, sebagai bentuk usaha menghindari masalah. Semua ciri ini menunjukkan bahwa mereka berusaha menghindari kehilangan cinta dengan cara menyusutkan diri dan mempertahankan hubungan dengan cara yang melelahkan. Untungnya, dengan kesadaran dan dukungan, pola ini bisa diubah agar orang dapat merasakan cinta sebagai sesuatu yang alami dan saling memberi.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/traversmark/2025/11/21/4-signs-you-try-to-earn-love-instead-of-receive-it-by-a-psychologist/

Analisis Ahli

Susan Campbell PhD
"Menyoroti pentingnya melepaskan kondisi yang mengikat harga diri pada penerimaan orang lain untuk membangun hubungan yang penuh keaslian dan cinta tanpa syarat."
John Bowlby
"Mengemukakan pentingnya keterikatan aman yang mengurangi kecemasan dalam hubungan sebagai dasar kesehatan emosional jangka panjang."

Analisis Kami

"Pola cinta yang harus diperoleh sering kali tidak disadari, jadi penting sekali edukasi mengenai hal ini agar orang dapat membangun hubungan yang lebih sehat. Jika tidak disadari dan diatasi, pola ini akan mengekang kebahagiaan dan keaslian seseorang dalam hubungan jangka panjang."

Prediksi Kami

Dengan makin banyaknya orang yang mengenali dan melawan mindset cinta yang harus diperoleh, akan ada peningkatan hubungan yang lebih sehat dan otentik, namun proses unlearning ini dapat menyebabkan ketegangan awal dalam hubungan karena perubahan dinamika emosional.