Courtesy of Forbes
Cara Berargumentasi dalam Hubungan yang Sehat agar Cinta Tak Merenggang
01 Feb 2025, 15.30 WIB
94 dibaca
Share
Dalam sebuah hubungan, konflik adalah hal yang biasa terjadi, tidak peduli seberapa sehat hubungan tersebut. Namun, cara pasangan mengatasi konflik sangat mempengaruhi hasilnya. Pasangan yang merasa cemas saat berdebat sering kali berargumen seolah-olah mereka tidak saling mencintai, sehingga mengabaikan perasaan satu sama lain. Misalnya, ketika satu pasangan mengungkapkan perasaan terluka, pasangan lainnya mungkin menjawab dengan "Ini adalah diriku," yang justru menutup pembicaraan dan membuat hubungan semakin renggang. Sebaliknya, pasangan yang sehat akan mendengarkan dan berusaha memahami perasaan satu sama lain, serta bersedia untuk berubah demi kebaikan hubungan.
Selain itu, saat konflik terjadi, beberapa pasangan mungkin bertanya, "Apakah kamu masih mencintaiku?" yang dapat merusak kepercayaan dalam hubungan. Pertanyaan ini mengalihkan fokus dari masalah yang sebenarnya dan membuat pasangan merasa harus membuktikan cinta mereka. Pasangan yang sehat akan mengungkapkan perasaan mereka tanpa menimbulkan rasa bersalah, dan lebih memilih untuk meminta dukungan dengan cara yang positif. Dengan komunikasi yang terbuka dan saling menghargai, pasangan dapat mengatasi konflik dengan lebih baik dan menjaga hubungan tetap kuat.
--------------------
Analisis Kami: Dalam pengalaman saya, pola komunikasi negatif seperti menghindar dari tanggung jawab dan meragukan cinta pasangan selama konflik menjadi akar masalah utama yang sering diabaikan. Pasangan harus diajarkan untuk membangun empati dan komunikasi terbuka agar konflik tidak merusak fondasi hubungan yang sudah dibangun.
--------------------
Analisis Ahli:
John Gottman: Gottman menekankan pentingnya komunikasi yang penuh kasih dan kemampuan berkompromi sebagai kunci hubungan yang sehat dan tahan lama, sekaligus memperingatkan tanda-tanda perusak seperti defensif dan stonewalling.
Susan Johnson: Sebagai pendiri EFT, Johnson menyoroti kebutuhan akan keamanan emosional dan respon empatik dalam konflik agar pasangan tetap terhubung, bukannya menjauh.
--------------------
What's Next: Pasangan yang terus menggunakan bahasa dan pola komunikasi negatif saat berkonflik berpotensi mengalami keretakan hubungan yang lebih serius dan bahkan kemungkinan kandasnya hubungan jika tidak segera memperbaiki cara berkomunikasi.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/traversmark/2025/02/01/2-things-healthy-couples-would-never-say-in-a-relationship-by-a-psychologist/
[1] https://www.forbes.com/sites/traversmark/2025/02/01/2-things-healthy-couples-would-never-say-in-a-relationship-by-a-psychologist/
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang menjadi penyebab utama konflik dalam hubungan?A
Penyebab utama konflik dalam hubungan sering kali berkaitan dengan komunikasi yang buruk dan manajemen konflik yang tidak efektif.Q
Mengapa beberapa pasangan merasa cemas saat menghadapi konflik?A
Beberapa pasangan merasa cemas saat menghadapi konflik karena mereka mungkin memiliki kebiasaan buruk dalam berargumen dan merasa terancam oleh kritik.Q
Apa dampak dari penggunaan frasa 'Ini adalah siapa saya' dalam konflik?A
Penggunaan frasa 'Ini adalah siapa saya' dapat mengabaikan perasaan pasangan dan menunjukkan ketidakmauan untuk berubah, yang dapat merusak hubungan.Q
Bagaimana pasangan sehat mengelola konflik dengan baik?A
Pasangan sehat mengelola konflik dengan cara yang konstruktif, mengakui perasaan satu sama lain, dan berusaha untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.Q
Apa yang dimaksud dengan manipulasi emosional dalam konteks konflik?A
Manipulasi emosional dalam konteks konflik terjadi ketika seseorang menggunakan rasa cinta atau komitmen untuk memanipulasi pasangan, seperti dengan menanyakan 'Apakah kamu bahkan mencintaiku?'