
Courtesy of Forbes
Kebiasaan 'Buruk' yang Sebenarnya Membantu Emosi dan Hubungan Sosial Kita
Memberikan pemahaman bahwa kebiasaan yang biasanya dianggap buruk sebenarnya memiliki fungsi adaptif yang mendukung kesehatan mental, hubungan sosial, dan kinerja kognitif, sehingga penting untuk mengurangi self-criticism dan lebih memahami peran kebiasaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
03 Des 2025, 20.30 WIB
237 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Gosip, keluhan, dan prokrastinasi dapat memiliki manfaat adaptif dalam konteks sosial.
- Perilaku yang sering dianggap negatif bisa jadi merupakan strategi untuk mengatasi emosi dan membangun hubungan.
- Penting untuk memahami bahwa banyak kebiasaan yang kita kritik memiliki tujuan yang mendasarinya dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak orang menganggap kebiasaan buruk seperti bergosip, mengeluh, dan menunda-nunda adalah tanda kelemahan atau kurangnya kedisiplinan. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa perilaku ini sering kali memiliki fungsi penting untuk membantu kita mengelola emosi dan membangun hubungan sosial yang sehat. Kebiasaan tersebut sebenarnya bisa menjadi strategi adaptif yang membantu kita bertahan dan berfungsi secara optimal dalam kehidupan sosial.
Gosip sering dianggap negatif karena berhubungan dengan rumor dan drama, tapi secara psikologis, gosip membantu menyampaikan informasi yang berhubungan dengan norma sosial dan kepercayaan. Dengan berbagi cerita tentang orang lain, kita sebenarnya memperkuat pemahaman sosial dan mempererat ikatan dengan kelompok kita, sehingga kita merasa lebih aman dan sejalan dengan komunitas kita.
Mengeluh juga memiliki sisi positif saat dilakukan secara terarah dan kepada orang yang mendukung. Penelitian menunjukkan bahwa berbagi keluhan dengan orang yang mendengarkan dengan simpati dapat mengurangi beban emosional dan membuat kita merasa lebih tenang serta dimengerti. Selain itu, proses ini juga membantu kita memproses masalah dengan lebih baik dan mempererat ikatan sosial kita.
Sementara itu, prokrastinasi memiliki dua sisi. Prokrastinasi pasif sering dihubungkan dengan kecemasan dan ketidakmampuan mengelola tugas, yang berakibat buruk bagi performa kita. Namun, prokrastinasi aktif adalah strategi yang disengaja, dimana kita menunda tugas karena merasa bekerja lebih baik di bawah tekanan, yang dapat menghasilkan kreativitas dan keputusan yang lebih matang. Otak kita juga memproses masalah secara bawah sadar selama jeda ini.
Kesimpulannya, meskipun kebiasaan seperti bergosip, mengeluh, dan menunda sering dipandang negatif, perilaku ini sebenarnya menyimpan manfaat psikologis dan sosial yang penting. Mengurangi rasa bersalah dan kritik terhadap diri sendiri terkait kebiasaan ini, serta menyadari fungsinya, dapat membantu kita lebih baik dalam menghadapi tekanan sehari-hari dan membangun hubungan yang sehat.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/traversmark/2025/12/03/3-bad-habits-that-make-you-a-better-person-by-a-psychologist/
[1] https://www.forbes.com/sites/traversmark/2025/12/03/3-bad-habits-that-make-you-a-better-person-by-a-psychologist/
Analisis Ahli
Shin-Hsien Chu
"Eksplorasi mendalam membedakan prokrastinasi aktif yang strategis dari yang pasif, menyoroti bagaimana penundaan bisa berperan dalam pengendalian stres dan produktivitas."
Jin Nam Choi
"Penelitian kami menampilkan bahwa prokrastinasi aktif memungkinkan individu mengoptimalkan waktu kerja dan menghasilkan hasil yang berkualitas dengan tekanan yang terkendali."
Analisis Kami
"Sebagai seorang ahli, saya melihat bahwa penilaian budaya terhadap kebiasaan pribadi sering kurang mempertimbangkan konteks psikologis dan sosial yang kompleks. Dengan memahami fungsi adaptif dari kebiasaan tersebut, individu dapat mengelola diri secara lebih sehat tanpa merasa bersalah berlebihan atas pilihan mereka."
Prediksi Kami
Di masa depan, semakin banyak penelitian yang menunjukkan pentingnya memandang perilaku manusia secara lebih holistik dan adaptif, sehingga pendekatan kesehatan mental dan sosial akan lebih menerima variasi perilaku tanpa stigma berlebihan.





