
Beberapa perusahaan teknologi besar seperti Nvidia, Alphabet, Amazon, dan Microsoft telah mengembangkan teknologi komputasi kuantum. Meski demikian, saham mereka tidak menunjukkan kenaikan yang luar biasa dalam setahun terakhir. Sebaliknya, IonQ, perusahaan kecil di bidang ini, telah mencatat kenaikan saham sebesar 432%, jauh melebihi indeks pasar utama seperti S&P 500 dan Nasdaq.
IonQ telah menarik perhatian banyak investor karena kenaikan harga sahamnya yang pesat. Namun, meskipun pendapatannya mencapai Rp 707.13 miliar ($43 juta) dalam setahun, perusahaan ini masih membakar uang kas hingga lebih dari Rp 4.93 triliun ($300 juta) . Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah kenaikan harga saham IonQ didukung oleh fundamental yang kuat atau hanya karena antusiasme pasar terhadap quantum computing.
Valuasi IonQ juga menjadi perhatian. Dengan nilai pasar sekitar Rp 192.41 triliun ($11,7 miliar) dan rasio harga terhadap penjualan sebesar 238, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan perusahaan besar seperti Nvidia, yang menunjukkan bahwa IonQ diperdagangkan dengan harga sangat mahal dan berisiko jika pertumbuhan tidak sesuai harapan.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan besar seperti Nvidia, Amazon, Microsoft, dan Alphabet menawarkan peluang investasi yang lebih stabil karena selain fokus pada komputasi kuantum, mereka juga memiliki bisnis di berbagai bidang AI yang sudah mapan dan menghasilkan keuntungan. Ini memberikan investor perlindungan dan diversifikasi yang lebih baik dalam menghadapi volatilitas pasar teknologi.
Kesimpulannya, meski IonQ menunjukkan potensi besar di bidang quantum computing, sahamnya saat ini terlalu spekulatif dengan valuasi yang tinggi dan fundamental belum kuat. Karena itu, lebih bijak bagi investor untuk memilih saham perusahaan teknologi besar yang sudah memiliki rekam jejak baik dan eksposur ke quantum computing secara lebih terkendali.