
Warren Buffett, yang dikenal sebagai investor sukses, akan segera mengundurkan diri sebagai CEO Berkshire Hathaway. Selama bertahun-tahun, Buffett membangun portofolio investasi yang luar biasa, dengan Apple sebagai saham terbesar di dalamnya. Namun, baru-baru ini Berkshire Hathaway mulai mengurangi kepemilikan saham Apple, karena pasar dianggap terlalu mahal dan menghadapi risiko ekonomi serta politik global.
Apple menghadapi beberapa tantangan dalam mengembangkan teknologi AI mereka, terutama pada peningkatan Siri yang belum mencapai target performa dan masalah di pasar China, dimana peluncuran platform AI tertunda hingga bekerja sama dengan Alibaba. Meskipun demikian, Apple masih memiliki potensi besar di bidang teknologi AI berkat fondasi kuat produk mobile mereka.
Sementara itu, Amazon memiliki peluang pertumbuhan terbesar lewat AI generatif melalui unit Amazon Web Services (AWS). AWS adalah pemimpin pasar cloud computing global dengan 30% pangsa pasar. CEO Amazon, Andy Jassy, yakin bahwa AI akan menjadi bagian utama dari hampir semua aplikasi di masa depan, menempatkan AWS sebagai tulang punggung utama pertumbuhan teknologi baru ini.
Amazon menyediakan berbagai layanan AI generatif, mulai dari solusi kustom untuk klien besar, lewat program Amazon Bedrock, hingga alat siap pakai untuk bisnis kecil. Hal ini memungkinkan Amazon untuk menangkap segmen pasar yang luas dan beragam, meningkatkan pendapatan dan laba operasional mereka secara signifikan. Pertumbuhan penjualan AWS mencapai 17% pada kuartal pertama dan menyumbang lebih dari separuh laba Amazon.
Walaupun Berkshire Hathaway saat ini mengurangi eksposur pada AI karena penurunan saham Apple, perusahaan ini masih mempertahankan Apple sebagai posisi saham terbesar mereka. Di sisi lain, saham Amazon yang dibeli oleh manajer investasi lainnya menunjukkan kepercayaan pada potensi pertumbuhan jangka panjang. Perubahan manajemen di Berkshire Hathaway pasca-Buffett akan menentukan bagaimana posisi saham di dunia AI akan berkembang.