
Figma, perusahaan perangkat lunak desain, melakukan debut yang sangat sukses di Bursa Saham New York dengan harga saham yang naik drastis. Harga IPO awalnya ditetapkan sebesar Rp 542.68 ribu ($33) per saham, namun saat perdagangan perdana, harga melonjak hingga sekitar Rp 1.61 juta ($98) , menunjukkan antusiasme kuat dari para investor terhadap perusahaan teknologi ini.
Keberhasilan IPO ini datang setelah Adobe batal mengakuisisi Figma senilai Rp 328.90 triliun ($20 miliar) pada tahun sebelumnya, dan sebagai gantinya membayar biaya terminasi sebesar Rp 16.45 triliun ($1 miliar) . Kesepakatan yang batal tersebut mendorong Figma untuk menuju pasar publik dan memperoleh pendanaan dari investor secara langsung.
Tidak hanya fokus pada perangkat lunak, Figma juga mulai memasukkan aset kripto dalam strategi keuangannya. Mereka sudah memiliki sekitar Rp 1.15 triliun ($70 juta) dalam investasi Bitwise Bitcoin ETF dan berencana menambah sekitar Rp 493.35 miliar ($30 juta) dalam bentuk Bitcoin spot, mengikuti tren yang semakin banyak diadopsi oleh perusahaan yang bukan berasal dari industri kripto.
Adopsi digital asset tidak hanya dilakukan oleh perusahaan teknologi, tetapi juga mulai meluas ke berbagai sektor seperti kesehatan, gaming, dan energi berkelanjutan. Lebih dari 160 perusahaan publik kini memiliki Bitcoin sebagai bagian dari neraca keuangan mereka, sebagai langkah perlindungan terhadap inflasi dan fluktuasi mata uang fiat.
Fakta ini menunjukkan adanya perubahan tren strategi investasi dan keuangan yang semakin menggabungkan aset digital, menjadikan IPO Figma tidak hanya tentang lonjakan saham tapi juga contoh penting dari gerakan lebih luas dalam adopsi aset kripto korporasi.