Fokus
Teknologi

Tren Investasi pada Saham Kecerdasan Buatan

Share

Minat investasi dalam saham-saham AI meningkat, dengan berbagai perusahaan dan pemerintah mendukung pengembangan sektor ini. Analisis menunjukkan prospek pertumbuhan yang signifikan dan potensi nilai pasar yang tinggi dalam beberapa tahun ke depan.

17 Agt 2025, 05.00 WIB

Palantir dan BigBear.ai: Siapa Raja AI di Kontrak Pemerintah AS?

Palantir dan BigBear.ai: Siapa Raja AI di Kontrak Pemerintah AS?
Pemerintah Amerika Serikat tengah meningkatkan investasi pada perangkat lunak berbasis AI untuk operasi mereka, terutama melalui inisiatif Software Acquisition Pathway (SWP). Sekretaris Pertahanan Pete Hegseth menegaskan pentingnya pengadaan perangkat lunak yang aman dan efisien dengan fokus pada teknologi mutakhir. Palantir Technologies menjadi salah satu pemain utama dengan mendapatkan kontrak besar bernilai miliaran dolar, termasuk perpanjangan program Maven Smart System dan kontrak miliaran dolar dengan Angkatan Darat AS. Selain itu, mereka juga mengembangkan sistem ImmigrationOS untuk ICE, yang memperluas pengaruh mereka ke berbagai lembaga pemerintah. BigBear.ai juga berhasil mendapatkan beberapa kontrak, meskipun skala dan cakupannya lebih kecil dan lebih spesifik. Kontrak mereka termasuk pembuatan sistem pengambilan keputusan di Departemen Pertahanan, kerja sama dengan Hardy Dynamics untuk drone otonom, dan sistem biometrik di bandara-bandara utama. Meskipun kedua perusahaan menunjukkan kemajuan, Palantir disebut sebagai pemenang yang lebih jelas karena kontrak-kontrak besar dan berjangka panjangnya serta cakupan platform yang lebih luas. Namun, dari sisi investasi saham, Palantir dinilai mahal oleh sebagian analis dan investor disarankan menunggu harga yang lebih wajar. Motley Fool menyoroti bahwa ada saham AI lainnya yang lebih menjanjikan untuk investasi dibandingkan Palantir saat ini, meskipun perusahaan ini tetap menunjukkan kehebatan teknologi dan jaringan kontrak pemerintah yang kuat.
16 Agt 2025, 00.19 WIB

Dua Saham AI yang Menjanjikan untuk Investasi Menghadapi Lonjakan Pengeluaran 2025

Dua Saham AI yang Menjanjikan untuk Investasi Menghadapi Lonjakan Pengeluaran 2025
Pengeluaran global untuk perangkat keras dan perangkat lunak AI diperkirakan akan meningkat tajam pada tahun 2025, dengan Gartner memperkirakan lonjakan hingga 76% mencapai Rp 10.59 quadriliun ($644 miliar) . Pertumbuhan ini dikarenakan banyak organisasi dan pemerintah ingin memanfaatkan keunggulan efisiensi dan produktivitas yang ditawarkan AI generatif. Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSMC) menjadi kunci utama dalam revolusi AI ini. Perusahaan ini memproduksi chip kelas atas yang digunakan dalam berbagai perangkat teknologi tinggi dan berhasil mencatat kenaikan pendapatan sebesar 38% di awal tahun 2025. Hubungan TSMC dengan perusahaan besar seperti Nvidia, Apple, dan Qualcomm memperkuat posisi mereka di pasar. Penjualan smartphone yang mendukung AI generatif diperkirakan akan meningkat 68% pada 2025, membantu memperluas pasar TSMC di sektor perangkat mobile. Apple sendiri melaporkan peningkatan pendapatan iPhone sebesar 13,5%, yang menandakan permintaan kuat di segmen smartphone AI. Di sisi lain, Twilio terus berkembang berkat meningkatnya penggunaan alat AI dalam solusi komunikasi cloud-nya. Perusahaan ini mencatat kenaikan besar dalam jumlah kesepakatan komunikasi senilai setengah juta dolar ke atas, serta pertumbuhan pelanggan aktif dan pendapatan yang menunjukkan tanda-tanda positif. Valuasi saham TSMC yang saat ini diperdagangkan pada rasio harga terhadap laba sebesar 24 kali serta Twilio dengan valuasi 3 kali penjualan, menawarkan kesempatan investasi yang menarik. Kedua perusahaan ini diprediksi mampu terus tumbuh seiring meningkatnya adopsi AI di dunia bisnis dan teknologi.
15 Agt 2025, 16.15 WIB

Alphabet Bisa Raih Valuasi 5 Triliun Dolar Berkat AI dan Ekspansi Teknologi

Alphabet Bisa Raih Valuasi 5 Triliun Dolar Berkat AI dan Ekspansi Teknologi
Alphabet, perusahaan induk Google yang juga menaungi YouTube, Waymo, dan Android, saat ini dinilai kurang oleh pasar dibandingkan perusahaan teknologi besar lain. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian pasar terhadap bagaimana Google menghasilkan sebagian besar pendapatannya, yaitu dari mesin pencari tradisional. Google telah mengintegrasikan teknologi AI generatif dalam hasil pencarian dengan menampilkan rangkuman AI di atas hasil pencarian, yang memungkinkan pengguna mendapatkan informasi lebih efektif tanpa kehilangan pendapatan iklan tradisional. Ini menunjukkan kemampuan Google untuk menyesuaikan diri dengan tren teknologi baru. Selain itu, Alphabet berinvestasi besar dalam pengembangan AI internal bernama Gemini, infrastruktur komputasi Google Cloud, dan teknologi kendaraan otonom Waymo. Investasi ini menegaskan posisi Alphabet sebagai pemimpin dalam inovasi teknologi dan AI. Dengan harga saham yang saat ini murah dan P/E forward sekitar 20.3, serta pertumbuhan EPS rata-rata sebesar 20% di masa lalu, ada potensi besar bagi Alphabet untuk mencapai valuasi Rp 82.22 quadriliun ($5 triliun) dalam lima tahun ke depan jika pertumbuhan dan valuasi per saham meningkat menjadi 15% dan P/E 25. Walaupun ada kekhawatiran bahwa AI generatif akan menggantikan Google Search, mayoritas pengguna masih memerlukan fungsi pencarian tradisional yang kini diperkuat dengan AI, menjaga posisi Google sebagai mesin pencari utama di internet.
15 Agt 2025, 02.15 WIB

Nebius Group: Raksasa Infrastruktur AI yang Siap Tumbuh Pesat Meski Valuasi Mahal

Nebius Group: Raksasa Infrastruktur AI yang Siap Tumbuh Pesat Meski Valuasi Mahal
Nebius Group adalah perusahaan Belanda yang bergerak di bidang infrastruktur cloud khusus AI. Mereka mengoperasikan data center dengan GPU dari Nvidia untuk melayani kebutuhan pelatihan dan inferensi model AI. Dalam beberapa bulan terakhir, nilai saham Nebius melonjak tajam seiring pertumbuhan bisnisnya yang luar biasa. Pendapatan Nebius pada kuartal kedua tahun 2025 meningkat hingga tujuh kali lipat dibandingkan tahun lalu, mencapai 105 juta dolar AS. Selain itu, kerugian perusahaan berhasil dikurangi hampir setengahnya berkat upaya efisiensi dan pengurangan biaya operasional pada data center mereka. Perusahaan berencana untuk terus memperbesar kapasitas data center dari 220 megawatt tahun ini menjadi 1 gigawatt pada akhir tahun depan. Ekspansi ini dilakukan agar Nebius dapat mengantisipasi permintaan yang melebihi kapasitas saat ini dan memperkuat posisinya dalam industri infrastruktur cloud AI yang tumbuh pesat. Nebius juga telah meningkatkan estimasi pendapatan tahunannya menjadi antara 900 juta hingga 1,1 miliar dolar AS, naik dari perkiraan sebelumnya. Para analis memprediksi pendapatan tahun 2025 akan meningkat lebih dari lima kali lipat, dengan pertumbuhan berkelanjutan di tahun-tahun berikutnya. Meskipun rasio harga terhadap penjualan saham Nebius sangat tinggi dibandingkan rata-rata sektor teknologi, pertumbuhan cepat perusahaan dan potensi pasar infrastruktur cloud AI yang besar membenarkan valuasi tersebut. Jadi, Nebius tetap menjadi salah satu saham AI yang menarik untuk diperhatikan sekarang.