
Alphabet, perusahaan induk Google yang juga menaungi YouTube, Waymo, dan Android, saat ini dinilai kurang oleh pasar dibandingkan perusahaan teknologi besar lain. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian pasar terhadap bagaimana Google menghasilkan sebagian besar pendapatannya, yaitu dari mesin pencari tradisional.
Google telah mengintegrasikan teknologi AI generatif dalam hasil pencarian dengan menampilkan rangkuman AI di atas hasil pencarian, yang memungkinkan pengguna mendapatkan informasi lebih efektif tanpa kehilangan pendapatan iklan tradisional. Ini menunjukkan kemampuan Google untuk menyesuaikan diri dengan tren teknologi baru.
Selain itu, Alphabet berinvestasi besar dalam pengembangan AI internal bernama Gemini, infrastruktur komputasi Google Cloud, dan teknologi kendaraan otonom Waymo. Investasi ini menegaskan posisi Alphabet sebagai pemimpin dalam inovasi teknologi dan AI.
Dengan harga saham yang saat ini murah dan P/E forward sekitar 20.3, serta pertumbuhan EPS rata-rata sebesar 20% di masa lalu, ada potensi besar bagi Alphabet untuk mencapai valuasi Rp 82.22 quadriliun ($5 triliun) dalam lima tahun ke depan jika pertumbuhan dan valuasi per saham meningkat menjadi 15% dan P/E 25.
Walaupun ada kekhawatiran bahwa AI generatif akan menggantikan Google Search, mayoritas pengguna masih memerlukan fungsi pencarian tradisional yang kini diperkuat dengan AI, menjaga posisi Google sebagai mesin pencari utama di internet.