
Startup nuklir Aalo Atomics baru-baru ini mengumumkan keberhasilan mereka mengumpulkan dana sebesar 100 juta dolar AS dalam putaran pendanaan Seri B. Pendanaan ini akan digunakan untuk mengembangkan reaktor nuklir modular pertama mereka yang dijadwalkan akan mulai beroperasi pada musim panas 2026 di kampus Idaho National Laboratory, Amerika Serikat.
Teknologi yang dikembangkan oleh Aalo didasarkan pada desain reaktor kecil modular Marvel yang awalnya dikembangkan dan dibuka sumbernya oleh Idaho National Laboratory. CTO Aalo, Yasir Arafat, sebelumnya terlibat dalam pengembangan Marvel, dan dukungan dari lembaga ini sangat penting dalam perkembangan prototipe Aalo.
Aalo menargetkan pembangunan ribuan pembangkit listrik modular yang disebut Aalo Pod, dimana setiap pembangkit terdiri dari lima reaktor Aalo-1 yang mampu menghasilkan 50 megawatt listrik. Pendekatan ini merupakan usaha untuk mempercepat waktu pembangunan dan menekan biaya operasional agar energi yang dihasilkan bisa bersaing dengan sumber energi lain seperti gas dan tenaga surya.
Seri pendanaan ini dipimpin oleh Valor Equity Partners dan mendapat dukungan dari berbagai investor dan perusahaan besar seperti Hitachi Ventures dan NRG Energy. Selain itu, kabar terbaru juga datang dari startup nuklir lain, Kairos, yang berhasil menjalin kesepakatan dengan Tennessee Valley Authority untuk penjualan listrik 50 megawatt ke Google untuk memenuhi kebutuhan data centernya.
Walaupun target untuk menyediakan listrik dengan biaya hanya 3 sen per kilowatt-jam sangat ambisius, hal ini menunjukkan potensi teknologi nuklir modular untuk menjadi solusi energi masa depan yang terjangkau dan ramah lingkungan. Namun, tantangan teknis, regulasi, dan keamanan masih harus diatasi agar teknologi ini bisa berjalan sukses dan diterima luas.