
Baterai logam lithium menawarkan kapasitas penyimpanan energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan baterai lithium-ion konvensional, membuatnya ideal untuk berbagai teknologi masa depan seperti kendaraan listrik dan penyimpanan energi terbarukan. Namun, masalah utama yang menghambat penggunaan luasnya adalah ketidakstabilan anoda logam lithium yang menimbulkan pertumbuhan dendrit lithium dan menimbulkan risiko keamanan serta mempersingkat masa pakainya.
Salah satu penyebab utama ketidakstabilan ini berasal dari penggunaan elektrolit berbasis ester yang lemah dan tidak mampu menjaga antarmuka elektroda dengan baik. Para peneliti dari Southeast University di China menemukan bahwa penambahan senyawa 1,3-dithiane, sebuah senyawa dengan kandungan sulfur yang sangat tinggi, mampu membentuk lapisan pelindung sulfur kaya yang kuat di permukaan anoda lithium.
1,3-dithiane bekerja dengan cara membalik polaritas kimia dan mengubah komponen organik yang tidak stabil menjadi senyawa anorganik stabil yang dapat melindungi elektrolit dari reaksi berbahaya. Selain itu, ion PF6– berkontribusi dalam membentuk antarmuka yang kaya anorganik dan berkonduktivitas tinggi, sehingga meningkatkan pergerakan ion lithium dan efisiensi baterai secara keseluruhan.
Keunikan lain dari 1,3-dithiane adalah kandungan sulfur yang sangat tinggi, yakni 53,5%, hampir dua kali lipat dibanding additive sulfur tradisional, sehingga hanya sedikit saja sudah sangat efektif. Pendekatan ini tidak hanya memperbaiki performa dan keamanan baterai, tetapi juga dapat diterapkan dengan biaya rendah dan metode produksi yang mudah diintegrasikan pada teknologi baterai saat ini.
Penemuan ini membuka peluang besar untuk pengembangan baterai logam lithium yang lebih tahan lama dan aman untuk digunakan secara luas, terutama dalam teknologi penting seperti kendaraan listrik dan penyimpanan energi terbarukan. Dukungan dari lembaga riset nasional di China menunjukkan potensi besar dari inovasi ini untuk diterapkan secara praktis dan massal.