
Gemini, bursa cryptocurrency yang dikenal di Amerika Serikat dan didirikan oleh kembar Winklevoss, baru saja meluncurkan penawaran saham perdana (IPO) mereka dengan harga lebih tinggi dari perkiraan, yakni Rp 460.46 ribu ($28) per saham, melampaui target awal Rp 279.56 ribu ($17) sampai Rp 312.45 ribu ($19) . Penawaran ini mendapat sambutan hangat dari para investor, menunjukkan minat yang besar di sektor kripto tahun ini.
Perusahaan yang beroperasi sejak 2014 ini sangat bergantung pada biaya transaksi, yang menyumbang hampir 70% dari total pendapatannya sebesar Rp 2.34 triliun ($142,2 juta) tahun lalu. Namun, meskipun pertumbuhan pengguna terus terjadi, Gemini mengalami kerugian besar, dengan kerugian bersih mencapai Rp 2.61 triliun ($158,5 juta) pada 2024 dan Rp 4.65 triliun ($282,5 juta) dalam enam bulan pertama 2025.
Selain tantangan keuangan, Gemini kini menghadapi dinamika politik yang rumit. Pendiri Gemini, yang dulu dikenal karena pertempuran hukum mereka terkait Facebook, kini adalah pendukung terbuka Donald Trump dalam kampanye pemilihan presiden 2024. Keterlibatan politik ini menimbulkan dampak pada pengawasan dan regulasi yang mereka hadapi.
Regulator keuangan, khususnya Commodity Futures Trading Commission (CFTC), pernah menggugat Gemini pada tahun 2022 terkait pernyataan menyesatkan dalam produk Bitcoin futures mereka. Kasus ini diselesaikan dengan denda sebesar Rp 82.22 miliar ($5 juta) bulan Januari 2025. Isu ini semakin rumit ketika komunikasi pribadi antara Gemini dan calon pimpinan CFTC yang diajukan Trump bocor ke publik, menyebabkan penarikan suara persetujuan senat dari calon tersebut.
Meski ada berbagai tantangan, Gemini tetap optimis terhadap masa depan mereka, dengan fokus pada inovasi dan sejarah panjang mereka sebagai pelopor di industri kripto. Penutupan resmi IPO direncanakan pada 15 September, dan kesuksesan perusahaan di masa depan akan sangat tergantung pada kemampuan mengatasi tekanan regulasi dan mempertahankan kepercayaan investor.