Fokus
Sains

Fisika Fundamental Teruji: Eksperimen Modern Tantang Teori Klasik

Share

Beberapa eksperimen terkini, termasuk pengamatan bintang neutron dan eksperimen atom tunggal, menantang pemahaman lama mengenai hukum dasar alam seperti debat Einstein-Bohr dan pencarian adanya gaya kelima. Penelitian ini dilakukan oleh ilmuwan dari China dan internasional, menawarkan wawasan baru yang bisa mengubah paradigma fisika.

07 Des 2025, 20.28 WIB

Metode Baru Ukur Laju Ekspansi Alam Semesta Perkuat Ketegangan Hubble

Metode Baru Ukur Laju Ekspansi Alam Semesta Perkuat Ketegangan Hubble
Selama lebih dari sepuluh tahun, para kosmolog menghadapi masalah besar yaitu perbedaan hasil pengukuran laju ekspansi alam semesta. Dua cara pengukuran utama memberi hasil berbeda; cara pertama menggunakan bintang dan supernova dekat menunjukkan angka sekitar 73 km/s/Mpc, sementara cara kedua berdasarkan radiasi sisa Big Bang atau cosmic microwave background (CMB) menunjukkan laju yang lebih rendah sekitar 67 km/s/Mpc. Ketidaksesuaian ini disebut ketegangan Hubble dan jika bukan kesalahan, bisa menunjukkan ada fisika baru yang belum dimengerti. Untuk mengatasi masalah tersebut, tim astronom mencoba metode baru yang berbeda dari sebelumnya, yaitu mengukur waktu tunda cahaya dari kuasar yang dilihat melalui lensa gravitasi. Fenomena ini terjadi ketika gravitasi galaksi besar membelokkan cahaya kuasar sehingga kita melihat beberapa gambar dengan waktu tiba yang berbeda-beda. Dengan mengukur waktu tunda ini, dapat dihitung jarak dan sekaligus laju ekspansi alam semesta. Penelitian ini menggunakan delapan sistem lensa kuasar dan data gambar dari teleskop canggih, termasuk James Webb Space Telescope. Selain waktu tunda, mereka juga membuat model distribusi massa galaksi lensa untuk mengkalkulasi bagaimana cahaya dibelokkan. Hasil akhirnya menunjukkan nilai laju ekspansi yang mendukung angka lebih tinggi yaitu sekitar 73 km/s/Mpc, sama dengan metode pengukuran lokal, dan berbeda dengan hasil dari CMB. Walaupun hasil ini memperkuat kemungkinan ketegangan Hubble adalah fenomena asli, masih ada ketidakpastian terutama dalam model distribusi massa galaksi lensa yang bisa mempengaruhi hasil. Peneliti menilai jumlah sampel delapan sistem masih terlalu sedikit dan presisi sekitar 4,5% belum cukup tajam untuk kesimpulan akhir. Mereka menyatakan perlu peningkatan jumlah data dan teknologi pengamatan yang lebih baik. Ke depannya, metode tersebut akan dikembangkan lebih lanjut dengan meningkatkan jumlah sistem lensa dan presisi pengukuran hingga satu sampai dua persen. Jika berhasil, hal ini dapat membuka kemungkinan untuk mengungkap fisika baru yang belum dijelaskan oleh model kosmologi standar saat ini, serta merevisi cara kita memahami alam semesta.
07 Des 2025, 17.12 WIB

Misteri Perilaku Elektron di Inti Timbal Membuka Jalan Baru Fisika Nuklir

Misteri Perilaku Elektron di Inti Timbal Membuka Jalan Baru Fisika Nuklir
Para ilmuwan biasanya mempelajari inti atom dengan menembakkan elektron dan mengamati pola hamburan yang dihasilkan. Pola ini sangat presisi dan sesuai dengan teori, bahkan dalam efek kecil seperti perubahan ketika spin elektron dibalik. Namun, inti timbal menunjukkan perilaku aneh karena efek spin yang diharapkan tidak muncul dalam eksperimen sebelumnya. Penelitian di lab Jefferson di AS sebelumnya menemukan bahwa efek spin-elektron yang seharusnya ada akibat pertukaran dua foton virtual justru menghilang saat menabrak inti timbal. Tidak ada teori yang bisa menjelaskan mengapa efek ini hilang, yang menyebabkan kebingungan di kalangan ilmuwan. Untuk menyelidiki lebih dalam, para peneliti dari Johannes Gutenberg University menggunakan akselerator MAMI di Mainz, Jerman, dengan peralatan yang mampu mengontrol energi dan sudut elektron sangat baik. Eksperimen baru ini menunjukkan efek spin yang besar dan jelas pada timbal, berbeda dengan data sebelumnya, dan lebih besar dari prediksi teori. Hasil ini menegaskan bahwa perilaku inti timbal berbeda drastis dibandingkan inti ringan lain. Efek spin berubah secara tak terduga dengan energi elektron, dan tidak ada model teori saat ini yang bisa menjelaskan fenomena ini, yang penting untuk eksperimen presisi tinggi yang akan dilakukan di masa depan. Tim peneliti merencanakan studi lebih lanjut dengan berbagai energi dan perbandingan dengan inti berat lain. Mereka juga bekerja sama dengan teoriwan untuk membuat model baru yang bisa menjelaskan perilaku ini, agar eksperimen mendatang yang menguji teori fundamental fisika tidak salah interpretasi.
06 Des 2025, 17.59 WIB

Neutron Stars Uji Gaya Kelima dan Batasi Partikel Eksotis Baru

Neutron Stars Uji Gaya Kelima dan Batasi Partikel Eksotis Baru
Neutron stars adalah sisa dari bintang yang sangat padat, sehingga menciptakan kondisi ekstrem di mana fisikawan dapat menguji teori baru. Salah satu teori tersebut adalah adanya gaya fundamental kelima yang dibawa oleh partikel skalar, sebuah jenis partikel hipotetik tanpa spin yang bisa berinteraksi dengan proton dan neutron di dalam neutron stars. Jika partikel skalar itu nyata, maka mereka akan dihasilkan setiap kali proton dan neutron bertabrakan di dalam neutron stars, sehingga menyebabkan bintang tersebut kehilangan panas lebih cepat dari yang diketahui. Oleh karena itu, astronom menggunakan pengamatan suhu neutron stars selama jutaan tahun untuk mencari tanda-tanda pendinginan ekstra ini sebagai petunjuk adanya gaya kelima. Tim peneliti internasional membangun simulasi yang memasukkan seluruh proses pendinginan yang dikenal, termasuk emisi neutrino dan radiasi permukaan. Mereka menambahkan kemungkinan emisi partikel skalar dan membandingkan hasil simulasi tersebut dengan data pengamatan dari neutron stars seperti kelompok 'Magnificent Seven' dan pulsar PSR J0659 yang terkenal. Hasilnya menunjukkan bahwa suhu neutron stars saat ini cocok dengan model pendinginan standar tanpa adanya pendinginan tambahan yang diharapkan bila ada partikel skalar yang berinteraksi kuat dengan nukleon. Berdasarkan hasil ini, mereka menetapkan batas atas kuatnya interaksi partikel skalar dengan nukleon pada nilai sangat kecil, yaitu 𝑔𝑁≲5×10−14. Penelitian ini menegaskan bahwa meskipun sulit mencari gaya kelima di laboratorium Bumi, pengamatan astronomi dapat memberikan batasan yang sangat ketat dan membantu mengarahkan teori fisika fundamental ke arah yang lebih tepat. Kedepannya, teknologi observasi yang lebih maju dapat membantu menemukan bukti baru atau mempersempit kemungkinan teori baru ini.
05 Des 2025, 06.14 WIB

Eksperimen Atom Tunggal Buktikan Bohr Menang Lawan Einstein di Dunia Kuantum

Eksperimen Atom Tunggal Buktikan Bohr Menang Lawan Einstein di Dunia Kuantum
Para ilmuwan dari University of Science and Technology of China telah berhasil mewujudkan eksperimen pemikiran yang diajukan oleh Albert Einstein pada tahun 1927. Eksperimen tersebut menggunakan atomic interferometer yang sangat sensitif dengan atom rubidium tunggal untuk menguji prinsip dasar mekanika kuantum terkait sifat foton dan interferensinya. Ide Einstein adalah mencoba mengukur jalur foton melewati celah pada percobaan double-slit tanpa menghilangkan pola interferensi gelombang, yang jika berhasil akan menantang mekanika kuantum. Namun, Niels Bohr berpendapat bahwa pengukuran semacam itu tidak mungkin dilakukan tanpa mengganggu sistem, karena sifat-sifat kuantum tertentu tidak dapat diobservasi bersamaan dalam satu waktu. Dalam percobaan di USTC, atom rubidium menjadi detektor 'cahaya' yang dapat menangkap momentum kecil dari foton yang melaluinya. Ketika atom dikunci dengan kuat, pola interferensi tetap utuh karena jalur foton tidak dapat diketahui. Sebaliknya, saat atom dikendalikan longgar, interferensi menghilang akibat atom bergerak sedikit dan menunjukkan jalur foton. Hasil ini mengkonfirmasi kembali bahwa prinsip ketidakpastian dan konsekuensi dari keterikatan kuantum benar adanya dan tidak dapat dilewati, serta menegaskan kemenangan teori Bohr atas argumen Einstein. Eksperimen ini sangat penting sebagai fondasi untuk penelitian mendalam dalam fisika kuantum fundamental. Selain itu, teknologi kontrol atom tunggal yang digunakan membuka peluang baru untuk mempelajari fenomena seperti decoherence dan hubungan antara keterikatan kuantum dan lingkungan, yang penting untuk pengembangan komputer kuantum, sensor presisi, dan jaringan komunikasi kuantum.