Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Sains

Kebangkitan Seismik Asia: Memperkuat Kesiapsiagaan Gempa Bumi dan Tsunami

Share

Cerita ini mengulas rangkaian peristiwa gempa bumi dan risiko tsunami di wilayah Asia, terutama Jepang dan Indonesia. Usaha peningkatan sistem peringatan dini, manajemen bencana, serta kolaborasi antar negara diharapkan dapat meningkatkan keselamatan publik dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam.

13 Des 2025, 10.15 WIB

14 Zona Megathrust Indonesia 2024: Peningkatan Bahaya Gempa dan Tantangan Mitigasi

14 Zona Megathrust Indonesia 2024: Peningkatan Bahaya Gempa dan Tantangan Mitigasi
Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap gempa bumi karena posisinya yang berada di pertemuan beberapa lempeng tektonik besar. Para ahli melakukan pemetaan untuk mengetahui zona megathrust yang memiliki potensi besar memicu gempa dahsyat. Pada tahun 2024, pemetaan terbaru menunjukkan bahwa jumlah zona megathrust meningkat dari 13 menjadi 14, yang menunjukkan risiko gempa yang semakin kompleks. Beberapa zona megathrust yang dipetakan, seperti Aceh-Andaman memiliki potensi gempa dengan magnitudo maksimal hingga 9,2, sedangkan zona lain seperti Jawa bagian barat memiliki potensi gempa hingga 8,9. Zona-zona ini tersebar di berbagai wilayah penting di Indonesia, menandakan bahwa hampir seluruh wilayah rawan mengalami gempa besar. Ahli gempa dari AIPI dan ITB, Iswandi Imran, menjelaskan bahwa peta terbaru menunjukkan kontur yang lebih rapat, menandakan meningkatnya bahaya gempa di beberapa daerah. Ini menjadi perhatian serius dan membutuhkan penanganan lebih intensif daripada sebelumnya agar masyarakat dan infrastruktur bisa lebih siap dalam menghadapi bencana. Meskipun peta sumber gempa terbaru sudah dipublikasi, peta ini belum bisa langsung diaplikasikan secara penuh karena masih perlu dikembangkan menjadi Peta Gempa Maksimum yang menggabungkan data bahaya dengan kerentanan infrastruktur atau disebut Peta Fragility. Hal ini penting untuk mendapatkan gambaran risiko yang lebih akurat dan terarah. Ke depan, dengan data yang lebih detail dan akurat, pemerintah dan instansi terkait diharapkan dapat meningkatkan langkah-langkah mitigasi bencana, memperkuat ketahanan bangunan, dan melakukan edukasi kepada masyarakat agar siap menghadapi kemungkinan gempa besar yang berpotensi melanda Indonesia.
13 Des 2025, 06.15 WIB

Misteri Suara Langit Bukan Gempa Bumi, Ternyata dari Fenomena Atmosfer

Misteri Suara Langit Bukan Gempa Bumi, Ternyata dari Fenomena Atmosfer
Suara misterius yang terdengar dari langit telah menjadi bahan perbincangan sejak ratusan tahun yang lalu. Orang-orang sering mengaitkan suara tersebut dengan gempa bumi, terutama saat kejadian besar seperti gempa New Madrid pada 1811-1812 dan Januari 2020. Namun, fenomena ini tetap menjadi misteri yang belum terpecahkan sepenuhnya oleh para ilmuwan. Pada tahun 2020, para ilmuwan berusaha menjawab misteri ini dengan menggunakan data seismik dari EarthScope Transportable Array (ESTA). Mereka mengumpulkan dan menganalisis data suara serta gelombang seismik di Amerika Serikat, membandingkan kejadian suara yang terjadi antara tahun 2020 dan 2023 untuk mencari pola atau hubungan dengan gempa bumi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suara-suara yang terdengar dari langit tidak berasal dari aktivitas gempa bumi atau getaran tanah. Justru, para peneliti meyakini bahwa suara ini merupakan fenomena atmosfer yang menyebar melalui udara, bukan lewat tanah. Penelitian ini juga melibatkan penggunaan data infrasonik untuk menangkap suara frekuensi rendah yang tidak dapat didengar oleh manusia. Beberapa kemungkinan penyebab suara misterius ini menurut para peneliti termasuk ledakan pesawat sonik yang melaju kecepatan tinggi, serta bolide atau meteorit yang masuk ke atmosfer dan menghasilkan ledakan. Namun demikian, belum ada penjelasan terbaik dan pasti mengenai asal suara tersebut sehingga masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan. Penemuan ini penting untuk memisahkan mitos dari fakta terkait suara langit misterius yang sering dikaitkan dengan gempa bumi. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat mengungkap sumber tepat suara dan dampaknya terhadap lingkungan serta masyarakat, sehingga fenomena ini bisa dimengerti secara ilmiah dan tidak menimbulkan kepanikan yang tidak perlu.
09 Des 2025, 19.52 WIB

Menghadapi Krisis Iklim: Upaya Global dan Tantangan Bersama

Menghadapi Krisis Iklim: Upaya Global dan Tantangan Bersama
Perubahan iklim menjadi isu utama yang mencemaskan dunia karena dampaknya yang luas dan serius. Suhu rata-rata dunia terus meningkat, memicu berbagai perubahan cuaca yang ekstrem yang mempengaruhi kehidupan manusia dan alam. Organisasi dunia seperti PBB dan IPCC telah mengeluarkan laporan yang menegaskan pentingnya untuk segera melakukan tindakan mitigasi. Banyak negara telah membuat komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebagai langkah penting dalam mencegah kerusakan yang lebih parah. Teknologi dan inovasi berperan vital dalam membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Energi terbarukan dan efisiensi energi menjadi fokus utama dalam berbagai program dan kebijakan nasional maupun internasional. Namun, tantangan besar masih ada, seperti kesenjangan antara kebijakan dan implementasi, serta perlunya kerja sama global yang lebih kuat untuk mencapai tujuan pengurangan emisi. Semua pihak harus bergerak bersama untuk memastikan perubahan positif dapat terjadi. Kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat juga berperan penting dalam menekan emisi dan menjaga lingkungan. Dengan tindakan kolektif, diharapkan kita bisa menghindari skenario terburuk dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan.
09 Des 2025, 11.45 WIB

Indonesia Hadapi Ancaman Gempa dan Tsunami dari 14 Zona Megathrust Baru

Indonesia Hadapi Ancaman Gempa dan Tsunami dari 14 Zona Megathrust Baru
Indonesia terletak di area Cincin Api Pasifik yang penuh dengan aktivitas gempa bumi dan tsunami. Pemerintah baru saja memperbarui peta zona megathrust pada tahun 2024, yang menunjukkan adanya 14 zona dengan ancaman gempa besar yang meningkat dibandingkan peta sebelumnya pada 2017. Zona megathrust ini adalah lokasi di mana lempeng tektonik bertabrakan dan berpotensi menghasilkan gempa dahsyat. Beberapa zona bahkan berpotensi menghasilkan gempa dengan magnitudo hingga 9,2 seperti yang ada di Aceh-Andaman, serta zona Jawa dengan magnitudo maksimal 9,1, yang sangat berbahaya bagi pulau-pulau dan kota-kota besar di sekitarnya. BMKG dan BRIN secara khusus memperingatkan dua zona megathrust yang sudah lama tidak melepaskan energi, yaitu Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Karena sudah terjadi seismic gap selama berabad-abad, gempa besar di sini dianggap tinggal menunggu waktu dengan potensi tsunami besar yang bisa berakibat fatal. Untuk menghadapi ancaman ini, BMKG telah memasang sistem peringatan dini tsunami, melakukan edukasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah, serta bekerjasama dengan pusat informasi tsunami internasional. Namun, kesiapsiagaan juga harus didukung oleh pemerintah daerah agar infrastruktur dan sistem evakuasi siap dipakai saat bencana terjadi. Meski tidak bisa dipastikan kapan gempa besar itu akan datang, edukasi, surveilans, dan mitigasi adalah kunci untuk mengurangi risiko korban jiwa dan kerusakan besar. Semua lapisan masyarakat perlu waspada dan aktif dalam persiapan menghadapi potensi bencana megathrust di masa depan.
08 Des 2025, 22.26 WIB

Gempa Kuat di Utara Jepang Picu Peringatan Tsunami, Warga Diminta Waspada

Gempa Kuat di Utara Jepang Picu Peringatan Tsunami, Warga Diminta Waspada
Sebuah gempa bumi kuat mengguncang wilayah utara Jepang pada malam hari, menimbulkan kekhawatiran akan potensi tsunami di beberapa prefektur pesisir. Gempa ini awalnya tercatat memiliki magnitudo 7,2 sebelum dinaikkan menjadi 7,6 oleh Badan Meteorologi Jepang. Menurut laporan resmi, pusat gempa berada sekitar 80 kilometer dari pantai Prefektur Aomori dengan kedalaman sekitar 50 kilometer. Getaran terasa hingga wilayah utara dan timur di Jepang yang membuat banyak penduduk merasakan guncangan kuat. Setelah kejadian ini, otoritas setempat segera mengeluarkan peringatan tsunami untuk tiga prefektur yaitu Hokkaido, Aomori, dan Iwate. Peringatan ini memperkirakan gelombang tsunami dapat mencapai ketinggian hingga 3 meter di beberapa bagian pantai utara Jepang. Meskipun saat ini belum ada laporan mengenai luka-luka, korban jiwa, atau kerusakan bangunan, pemerintah dan petugas keselamatan mengimbau seluruh warga untuk tetap waspada dan segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi demi mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Kasus ini menjadi pengingat penting bahwa Jepang adalah negara yang sangat rawan bencana alam terutama gempa dan tsunami, sehingga kesiapsiagaan dan sistem peringatan dini harus terus diperkuat agar keselamatan masyarakat tetap terjaga.
06 Des 2025, 14.30 WIB

Fenomena Siklon Tropis Langka dan Krisis Iklim Picu Banjir Dahsyat di Indonesia

Menjelang akhir tahun 2025, Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara mengalami bencana alam serius akibat hujan deras dan banjir yang dipicu oleh tiga badai tropis yang terbentuk hampir bersamaan. Salah satunya, Siklon Senyar, bahkan muncul sangat dekat dengan garis ekuator, wilayah yang biasanya jarang dilanda badai tropis. Kondisi ini membuat masyarakat lokal kaget dan sulit menghadapi bencana ekstrem tersebut. Para ahli menjelaskan bahwa badai-badai ini terjadi akibat tabrakan sistem cuaca yang kompleks dan fenomena krisis iklim yang memperparah cuaca ekstrim. Selain itu, dua fenomena alam La Niña dan Dipole Samudra Hindia negatif juga berkontribusi meningkatkan curah hujan di wilayah tersebut. Bersamaan dengan badai, curah hujan sangat tinggi menyebabkan sungai meluap dan tanah longsor menimpa wilayah-wilayah di Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Dampak bencana ini sangat dahsyat, dengan ribuan korban tewas, banyak orang hilang, serta kerusakan infrastruktur yang luas. Di Indonesia terutama Sumatra, banjir dan tanah longsor memutus akses ke desa-desa dan menghancurkan rumah-rumah warga. Warga seperti Abdul Ghani mencurahkan kesedihan karena kehilangan anggota keluarganya, menunjukkan beratnya dampak kemanusiaan yang terjadi. Para ilmuwan mengingatkan bahwa krisis iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia menyebabkan cuaca ekstrim menjadi lebih sering terjadi. Asia Tenggara merupakan wilayah yang sangat rentan, dengan suhu yang meningkat hampir dua kali lipat dari rata-rata global dan langit yang semakin lembap memicu badai lebih kuat dan hujan lebat berulang kali sepanjang musim hujan. Selain faktor alam, manusia juga telah memperparah bencana melalui deforestasi dan korupsi di beberapa negara. Untuk masa depan, diperlukan tindakan segera seperti penghentian penggunaan bahan bakar fosil dan investasi dalam infrastruktur tahan bencana, peringatan dini, serta perencanaan tata ruang yang lebih baik agar masyarakat lebih siap menghadapi dampak-bencana cuaca ekstrem. Tanpa langkah cepat, bencana seperti ini dikhawatirkan akan menjadi lebih sering dan merusak lebih parah di wilayah Indonesia dan Asia Tenggara.

Baca Juga

  • Ledakan Kosmik Misterius: Mengungkap Fenomena Ruang Angkasa dan 'Skyquake'

  • AS vs China: Jalur Berbeda dalam Teknologi Hijau

  • Transformasi Digital Kesehatan: Meningkatkan Perawatan Pasien Melalui AI dan Interoperabilitas

  • Regulasi Panduan Kesehatan Mental yang Disampaikan oleh AI

  • Konvergensi Teknologi Kuantum dalam Komputasi, Pertahanan, dan Material