
Dokter saat ini menghadapi tekanan besar karena harus menangani banyak dokumen, tugas administratif, dan regulasi yang semakin kompleks, sehingga menyebabkan tingkat burnout yang tinggi. Pada awalnya, EHR diharapkan bisa membantu mengurangi pekerjaan administratif dan kesalahan medis, namun pada kenyataannya EHR tradisional malah menambah beban kerja dokter karena masih mengharuskan mereka mencari informasi dan mencatat secara manual.
Namun, dengan kemajuan teknologi AI dan pembelajaran mesin, EHR mulai bertransformasi menjadi sistem yang lebih pintar. Contohnya, athenaOne memungkinkan otomatisasi alur kerja, memberi wawasan waktu nyata, dan mendukung pengambilan keputusan klinis, sehingga dokter bisa lebih fokus pada pasien daripada terkonsentrasi pada layar komputer dan dokumen.
AI di EHR menggunakan teknologi seperti pemrosesan bahasa alami dan analitik prediktif untuk menyederhanakan dokumentasi klinis. Contohnya, AI dapat menyaring data penting dari chart pasien yang biasanya berantakan dan membingungkan, lalu merangkum informasi penting dan bahkan membuat draft catatan klinis untuk disetujui dokter.
Pengimplementasian AI telah terbukti menghemat ribuan jam kerja staf rumah sakit dengan mengotomatisasi proses seperti pengujian laboratorium dan pengiriman hasil secara digital. Waktu yang dikembalikan ini kemudian bisa digunakan untuk meningkatkan interaksi dokter dengan pasien dan mengurangi waktu kerja diluar jam kantor sehingga mengurangi tekanan pada dokter.
Meski ada kekhawatiran tentang kompleksitas dan hasil AI yang mungkin tak sesuai harapan, semakin banyak dokter yang melihat manfaat teknologi ini. Keberhasilan AI dalam kesehatan tergantung pada penerapan yang transparan, aman sesuai regulasi, dan yang paling penting adalah memberikan manfaat nyata bagi dokter dan pasien untuk mengatasi masalah burnout yang mengancam profesi kedokteran.