
Baru-baru ini, para trader kripto yang berharap harga Bitcoin (BTC) terus naik mendapatkan kejutan besar setelah Donald Trump mengumumkan rencana tarif impor baru, termasuk tarif 50% untuk barang dari Uni Eropa dan 25% untuk iPhone yang dibuat di luar Amerika Serikat. Berita ini langsung membuat pasar kripto menjadi panik.
Akibatnya, lebih dari Rp 4.93 triliun ($300 juta) posisi perdagangan derivatif dengan leverage tinggi mengalami likuidasi di berbagai bursa terpusat dalam waktu hanya empat jam. Hampir semua posisi yang dilikuidasi adalah posisi long, yaitu trader yang bertaruh harga akan naik, terutama pada BTC dan Ethereum (ETH).
Nilai likuidasi untuk BTC mencapai Rp 1.76 triliun ($107 juta) dan ETH sekitar Rp 1.43 triliun ($87 juta) . Token lain seperti Solana (SOL), Dogecoin (DOGE), dan SUI juga mengalami likuidasi besar. Harga BTC dan beberapa altcoin besar lainnya turun antara 3% hingga 4%, sementara token dengan kapitalisasi kecil mengalami penurunan yang lebih tajam, yaitu hingga 7%.
Salah satu trader terkenal, James Wynn, yang membuka posisi long BTC sebesar Rp 18.09 triliun ($1,1 miliar) dengan leverage 40x, kini mengalami kerugian tak terealisasi sekitar Rp 123.34 miliar ($7,5 juta) . Posisi ini bisa saja dilikuidasi jika harga BTC turun ke level Rp 1.68 juta ($102.000) , yang menjadi risiko besar baginya.
Menghadapi kondisi pasar ini, terlihat ada kecenderungan aneh dimana beberapa trader mulai mengambil posisi short walaupun harga BTC sedang berada di tingkat tertinggi sepanjang masa. Hal ini menunjukkan bagaimana berita headline tetap menjadi faktor risiko utama di pasar kripto.