
Coinbase, bursa kripto terbesar di Amerika Serikat, mengonfirmasi kebocoran data yang mempengaruhi puluhan ribu penggunanya. Kejadian ini terjadi pada akhir tahun 2024 dan baru diketahui beberapa bulan kemudian pada Mei 2025. Walaupun Coinbase awalnya menyebut hanya sebagian kecil pengguna yang terdampak, jumlah sebenarnya mencapai hampir 70 ribu pengguna.
Informasi pribadi yang bocor meliputi nama, alamat, dan email pengguna. Beruntung, data penting seperti kata sandi, kunci privat, dan dana pengguna tidak tersentuh dalam kebocoran ini. Kasus ini memicu kekhawatiran soal keamanan informasi dalam layanan digital, terutama di sektor kripto yang sangat sensitif terhadap masalah privasi.
Para hacker yang bertanggung jawab menuntut tebusan sebesar 20 juta dolar dalam bentuk Bitcoin. Namun, CEO Coinbase, Brian Armstrong, tidak setuju dengan tuntutan ini dan malah menawarkan hadiah sebesar 20 juta dolar untuk siapa saja yang memberikan informasi mengenai pelaku peretasan tersebut. Hal ini menunjukkan pendekatan proaktif Coinbase dalam menanggulangi insiden ini.
Untuk melindungi pengguna yang terdampak, Coinbase memberikan layanan gratis selama satu tahun berupa pemantauan kredit dan perlindungan identitas. Layanan ini mencakup pemantauan kredit, asuransi hingga satu juta dolar, serta pemantauan dark web demi mencegah penyalahgunaan data lebih lanjut. Langkah ini diharapkan bisa mengurangi risiko kerugian lebih jauh bagi para pengguna.
Kebocoran ini juga menarik perhatian pihak berwenang. Departemen Kehakiman Amerika Serikat sudah membuka penyelidikan resmi, sementara SEC tengah meneliti kemungkinan Coinbase melebih-lebihkan jumlah penggunanya di masa lalu. Persoalan ini menambah kompleksitas kasus dan memberikan tekanan tambahan pada Coinbase untuk memperbaiki keamanan dan transparansi operasionalnya.