Courtesy of YahooFinance

Harga Minyak Turun Karena Ancaman Tarif AS dan Ketidakpastian Ekonomi Global

23 Jan 2025, 08.43 WIB

237 dibaca

Harga minyak mengalami penurunan pada perdagangan awal Kamis, karena ketidakpastian mengenai tarif yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap beberapa negara. Harga minyak mentah Brent turun 23 sen menjadi Rp 129.57 juta ($78,79) per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 18 sen menjadi Rp 123.77 juta ($75,26) . Ini adalah hari kelima berturut-turut harga Brent dan hari keempat untuk WTI mengalami penurunan. Trump mengancam akan menambah tarif baru terhadap Rusia dan negara-negara lain jika mereka tidak menyelesaikan konflik di Ukraina.

Selain itu, ada perkiraan bahwa stok minyak mentah AS akan turun sekitar 1,6 juta barel, sementara stok bensin diperkirakan naik 2,3 juta barel. Laporan tentang stok minyak ini akan dirilis oleh American Petroleum Institute dan Administrasi Informasi Energi AS. Penurunan harga minyak ini dipengaruhi oleh kebijakan perdagangan yang ketat dan dampaknya terhadap permintaan energi global.

Referensi:
[1] https://finance.yahoo.com/news/oil-prices-extend-losses-uncertainty-014353930.html

Analisis Kami

"Kebijakan tarif baru yang diusulkan oleh AS memperburuk ketidakpastian pasar minyak di tengah geopolitik yang sudah tegang, sehingga menekan harga minyak secara signifikan. Terlepas dari penurunan stok minyak mentah AS yang biasanya mendukung harga, ketidakpastian lebih dominan dan menahan penguatan harga minyak saat ini."

Analisis Ahli

Daniel Yergin

"Ketegangan perdagangan dan geopolitik merupakan faktor utama dalam pasar minyak yang sulit diprediksi saat ini, dan tarif AS membuat risiko penurunan permintaan energi semakin nyata."

Jeffrey Halley

"Pasar minyak menunjukkan sensitivitas tinggi terhadap kebijakan politik AS, dan konsekuensi dari ancaman tarif tersebut kemungkinan akan mendorong volatilitas harga lebih lanjut."

Prediksi Kami

Jika ketegangan perdagangan dan ancaman tarif terus berlanjut, harga minyak kemungkinan akan tetap volatil dan berpotensi menurun lebih lanjut akibat kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi global.