Courtesy of NatureMagazine
Bagaimana Stres Kronis Mengubah Otak jadi Kebiasaan Otomatis
19 Feb 2025, 07.00 WIB
84 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Stres kronis dapat mengubah cara otak membuat keputusan, mengarah pada perilaku yang lebih otomatis.
- Penelitian ini menunjukkan mekanisme biologis yang mendasari pengaruh stres pada pembentukan kebiasaan.
- Hasil penelitian ini dapat membantu memahami dampak stres pada kesehatan mental dan perilaku manusia.
Para ilmuwan telah menemukan dua "pengatur" di otak yang menjelaskan bagaimana stres kronis mempengaruhi pengambilan keputusan. Penelitian ini dilakukan pada tikus dan menunjukkan bahwa stres yang berkepanjangan dapat mengurangi kemampuan untuk membuat keputusan yang baik dan meningkatkan perilaku otomatis yang cenderung mengikuti kebiasaan. Misalnya, orang yang mengalami stres sering kali memilih untuk merokok atau makan makanan tidak sehat daripada berpikir dengan matang tentang keputusan mereka.
Dalam eksperimen, tikus yang mengalami stres dan lapar belajar untuk menekan tuas untuk mendapatkan makanan. Namun, ketika mereka sudah kenyang, tikus yang stres tetap menekan tuas secara berulang, menunjukkan bahwa mereka lebih cenderung bertindak berdasarkan kebiasaan daripada membuat keputusan yang bijaksana. Penelitian ini membantu kita memahami bagaimana stres dapat mempengaruhi cara kita berperilaku dan membuat pilihan.
Referensi:
[1] https://nature.com/articles/d41586-025-00502-8
[1] https://nature.com/articles/d41586-025-00502-8
Analisis Kami
"Penemuan ini sangat penting karena menunjukkan bahwa stres bukan hanya memengaruhi perasaan tapi juga mengubah cara kerja otak secara nyata dalam pengambilan keputusan. Dengan memahami mekanisme ini, kita bisa mengembangkan intervensi yang lebih tepat untuk membantu orang menghadapi stres tanpa terjebak dalam kebiasaan negatif."
Analisis Ahli
Kyle Smith
"Mekanisme yang ditemukan ini mungkin bukan satu-satunya cara stres meningkatkan pembentukan kebiasaan, tetapi ini memberikan bukti kuat tentang peran neural amigdala dalam proses tersebut."
Prediksi Kami
Penemuan ini dapat membuka jalan untuk terapi baru yang menargetkan sistem saraf untuk mengurangi efek negatif stres kronis terhadap pengambilan keputusan dan kebiasaan buruk pada manusia.