Courtesy of TheVerge
Residensi Seni AI Mengubah Persepsi dan Tantangan Hak Cipta Karya Digital
Menjelaskan bagaimana residensi seni dengan AI memberi ruang bagi seniman bereksperimen sekaligus mempengaruhi persepsi dan regulasi AI di masyarakat dan hukum, serta mengangkat isu hak cipta dan distribusi manfaat di balik karya seni AI.
19 Jun 2025, 20.00 WIB
98 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Residensi seni AI memberikan ruang bagi seniman untuk bereksperimen dengan teknologi baru.
- Karya seni yang menggunakan AI dapat membantu mengubah persepsi publik tentang teknologi ini.
- Tantangan hukum seputar hak cipta dan atribusi tetap menjadi isu penting dalam pengembangan seni AI.
Kopenhagen, Denmark - Di sebuah pameran di Kopenhagen, pengunjung bertemu dengan Huk, seekor jaguar bertenaga AI yang berinteraksi secara personal dengan pengunjung dan bercerita tentang kehidupan di hutan hujan Amazon. Karya ini diciptakan oleh seniman Violeta Ayala dalam residensi seni di Mila, salah satu pusat riset AI terkemuka. Program residensi semacam ini memberi akses dan dukungan bagi seniman untuk bereksperimen dengan teknologi AI dalam seni.
Residensi seni yang menghadirkan AI berkembang pesat di seluruh dunia, dengan program baru di berbagai lembaga seperti Villa Albertine yang bahkan menambahkan jalur khusus untuk seniman AI. Tujuannya bukan hanya untuk membuat karya, tapi juga membuka ruang diskusi tentang peran AI, risiko, dan kesempatan yang dibawanya. Program semacam ini ingin memastikan penggunaan AI tetap di bawah kendali manusia dan fokus pada penjelasan maksud di balik karya.
Penggunaan AI dalam seni memunculkan isu hukum yang kompleks, terutama terkait hak cipta dan kompensasi. Di Amerika Serikat, gugatan hukum tengah berlangsung apakah penggunaan karya berhak cipta untuk melatih model AI masuk dalam kategori penggunaan wajar (fair use). Sementara proses hukum berjalan, persepsi publik menjadi faktor penting dalam menentukan bagaimana karya AI diakui secara budaya dan hukum.
Sejarah juga menunjukkan perdebatan serupa pernah terjadi pada awal abad ke-20, ketika musik dalam bentuk piano roll dianggap tidak memenuhi syarat hak cipta. Reaksi publik akhirnya mendorong perubahan undang-undang hak cipta di AS. Hal ini menjadi pelajaran bahwa paparan dan penerimaan masyarakat terhadap teknologi baru akan mempengaruhi regulasi di masa depan.
Para ahli berpendapat bahwa residensi seni penting sebagai tempat untuk meresapi dan memahami AI secara kritis. Seniman tidak hanya menggunakan AI sebagai alat, tapi juga sebagai medium refleksi sosial yang bisa mengangkat isu ketidakadilan dalam distribusi keuntungan hasil karya AI. Dengan begitu, AI bukan hanya milik perusahaan besar, tapi juga ruang ekspresi alternatif bagi seniman dari berbagai latar belakang.--------------------
Analisis Ahli:
Referensi:
[1] https://theverge.com/ai-artificial-intelligence/689693/ai-art-residencies-get-artists-using-generative-tech
[1] https://theverge.com/ai-artificial-intelligence/689693/ai-art-residencies-get-artists-using-generative-tech
Pertanyaan Terkait
Q
Siapa Violeta Ayala?A
Violeta Ayala adalah seorang seniman Bolivia-Australia yang menciptakan karya seni interaktif yang menggunakan AI.Q
Apa tujuan dari residensi seniman di Mila?A
Tujuan dari residensi seniman di Mila adalah memberikan akses kepada seniman untuk bereksperimen dengan alat dan teknologi AI.Q
Apa itu Huk dan apa yang dilakukannya?A
Huk adalah makhluk AI interaktif yang menceritakan kisah-kisah tentang lingkungan dan tantangan yang dihadapi jaguar di Amazon Bolivia.Q
Bagaimana Villa Albertine berkontribusi terhadap seni AI?A
Villa Albertine berkontribusi terhadap seni AI dengan meluncurkan program residensi AI yang mendalami tantangan dan potensi teknologi ini.Q
Apa tantangan utama yang dihadapi seni AI saat ini?A
Tantangan utama yang dihadapi seni AI saat ini adalah isu hak cipta dan bagaimana karya yang dihasilkan dihargai secara adil.