Courtesy of CNBCIndonesia
Gurun Sahara Akan Lebih Basah 75% Akibat Pemanasan Global Akhir Abad Ini
Menyampaikan hasil riset terkait prediksi peningkatan curah hujan di gurun Sahara akibat pemanasan global dan dampaknya terhadap lingkungan serta kehidupan di sekitar, guna meningkatkan kesadaran dan persiapan menghadapi perubahan iklim ekstrem.
31 Okt 2025, 18.20 WIB
73 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Sahara diprediksi akan mengalami peningkatan curah hujan yang signifikan akibat pemanasan global.
- Meskipun ada peningkatan curah hujan, Sahara tetap tidak akan berubah menjadi ekosistem subur.
- Perubahan ini menuntut perencanaan dan adaptasi untuk menghadapi dampak lingkungan yang mungkin terjadi.
Jakarta, Indonesia - Pemanasan global menyebabkan perubahan besar di iklim dunia yang memengaruhi berbagai wilayah, termasuk gurun Sahara yang selama ini dikenal sangat kering. Penelitian terbaru dari University of Illinois Chicago memperkirakan bahwa hujan di Sahara akan meningkat hingga 75% pada musim panas menjelang akhir abad ini.
Riset menggunakan analisis terhadap 40 model iklim global yang dilakukan oleh tim yang dipimpin Thierry Ndetatsin Taguela menunjukkan bahwa perubahan ini juga berlaku untuk sebagian besar Afrika Utara, Timur, dan Tengah. Bahkan pada skenario emisi sedang, peningkatan curah hujan di Sahara tetap terlihat signifikan.
Walau peningkatan hujan terjadi dalam persentase besar, Sahara masih tetap sangat kering karena curah hujannya naik dari sekitar 7,6 cm menjadi 13 cm per tahun, jauh dari cukup untuk mengubah ekosistem gurun menjadi wilayah subur seperti hutan. Namun, peningkatan curah hujan ini tetap membawa tantangan baru seperti risiko banjir bandang.
Fenomena ini dijelaskan oleh efek Clausius-Clapeyron, yang artinya udara saat ini lebih hangat sehingga mampu menampung lebih banyak uap air, sehingga ketika kondisi badai terjadi, curah hujan bisa menjadi lebih deras. Wilayah yang didominasi aliran udara laut dan aktivitas monsun cenderung menjadi lebih basah sementara wilayah lain mungkin mengering.
Para ilmuwan mengingatkan agar masyarakat dan pemerintah mulai merencanakan langkah adaptasi seperti pengelolaan banjir dan pengembangan tanaman tahan kekeringan untuk menghadapi perubahan iklim yang tidak hanya mengubah curah hujan, tapi juga jadwal musim tanam dan pasokan air.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20251031161656-37-681180/gurun-sahara-mendadak-berubah-ilmuwan-teriak-tanda-kiamat
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20251031161656-37-681180/gurun-sahara-mendadak-berubah-ilmuwan-teriak-tanda-kiamat
Analisis Ahli
Thierry Ndetatsin Taguela
"Perubahan pola curah hujan di Sahara adalah tanda ekstrem bahwa iklim global telah keluar dari keseimbangan, dan ini menuntut kesiapan adaptasi di berbagai sektor untuk mengelola risiko tersebut secara optimal."
Analisis Kami
"Perubahan iklim yang menyebabkan gurun seperti Sahara menjadi lebih basah merupakan bukti nyata betapa dramatisnya dampak pemanasan global yang harus segera diantisipasi. Meski bukan berarti gurun akan berubah menjadi hutan, peningkatan hujan yang drastis ini bisa memicu bencana baru seperti banjir dan kerusakan infrastruktur yang tidak kalah parah dari kekeringan."
Prediksi Kami
Pada akhir abad ke-21, Sahara akan menjadi lebih basah dari sebelumnya, namun tetap kering dan rentan terhadap banjir serta gangguan ekosistem, sementara perubahan musim hujan juga akan mengganggu aktivitas pertanian dan manajemen sumber daya air.