
Courtesy of NatureMagazine
Ketegangan Politik Ubah Cara Ilmuwan Dunia Bekerja Sama Riset
Memahami bagaimana ketegangan geopolitik mengubah pola kolaborasi penelitian ilmiah internasional, dampaknya terhadap negara-negara seperti Israel, Rusia, China, dan Amerika Serikat, serta implikasi bagi masa depan kerja sama akademik global.
12 Nov 2025, 07.00 WIB
177 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Kolaborasi ilmiah global sedang mengalami perubahan akibat ketegangan geopolitik.
- Boykot akademis terhadap Israel dapat berdampak negatif pada penelitian dan kolaborasi internasional.
- Analisis oleh organisasi independen membantu memahami dinamika kolaborasi penelitian di tengah konflik geopolitik.
Ketura, Israel - Ketegangan geopolitik yang meningkat di berbagai belahan dunia memengaruhi bagaimana para ilmuwan dan peneliti di negara-negara berbeda bekerja sama. Konflik seperti perang di Gaza dan invasi Rusia ke Ukraina membuat beberapa negara mengurangi atau menghentikan kolaborasi riset dengan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. Meskipun demikian, perubahan ini tidak selalu berarti kolaborasi global berkurang secara total, melainkan pola hubungan antara negara-negara yang sedang direstrukturisasi.
Kolaborasi antara Israel dan beberapa negara menurun secara signifikan setelah perang Gaza 2023 dimulai. Beberapa negara, seperti Spanyol dan Afrika Selatan, mengurangi kerja sama riset mereka dengan institusi Israel, yang juga terlihat dari penurunan jumlah artikel ilmiah bersama. Beberapa akademisi dari Eropa bahkan melakukan boikot individu terhadap penelitian Israel untuk menunjukkan dukungan politis mereka.
Sementara itu, kerja sama Rusia dengan institusi internasional juga menurun drastis sejak invasi ke Ukraina pada tahun 2022. Penurunan ini didorong oleh kebijakan pemerintah negara-negara Barat dan sanksi yang ketat, serta penurunan dana penelitian. Studi menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam jumlah publikasi bersama dan sitasi untuk penelitian yang melibatkan Rusia.
Kerjasama antara China dan Amerika Serikat juga mengalami penyesuaian. Meskipun China masih menjadi mitra riset terbesar Amerika, jumlah artikel bersama menurun sekitar 6,4% dalam enam tahun terakhir. Meskipun demikian, China semakin memimpin proyek-proyek kolaborasi dengan negara-negara lain di Eropa dan Inggris, menunjukkan adanya kemungkinan arah baru dalam jaringan akademik global.
Para ahli menunjukkan bahwa meskipun sejumlah kolaborasi menjadi menurun atau terputus, jaringan kerja sama penelitian tetap berevolusi dan beradaptasi terhadap perubahan geopolitik. Kondisi ini dapat membentuk blok-blok baru dalam dunia penelitian global, yang akan membawa dampak besar bagi masa depan inovasi dan pertukaran ilmiah internasional.
Referensi:
[1] https://nature.com/articles/d41586-025-03025-4
[1] https://nature.com/articles/d41586-025-03025-4
Analisis Ahli
Marina Zhang
"Jaringan akademik global tidak mengecil secara menyeluruh, melainkan sedang direstrukturisasi sesuai dengan perubahan geopolitik."
Giacomo Ortona
"Boykot ilmiah terhadap Israel adalah strategi individu yang berusaha menekan kebijakan negara melalui penolakan kerja sama."
David Lehrer
"Terputusnya akses ke kolaborasi dan pendanaan dari Eropa berdampak langsung pada sains Israel."
Caroline Wagner
"Penurunan kolaborasi dengan Rusia disebabkan oleh kebijakan pemerintah dan sanksi luas yang diberlakukan setelah invasi Ukraina."
Analisis Kami
"Ketegangan geopolitik telah menjadi faktor penghambat besar dalam kemajuan ilmiah karena merusak jaringan kolaborasi yang selama ini mempercepat penemuan dan inovasi. Namun, dinamika ini juga membuka peluang bagi negara untuk membangun aliansi penelitian baru yang lebih sejalan dengan kepentingan politik dan keamanan mereka."
Prediksi Kami
Kolaborasi akademik global akan terus berubah dinamis dengan kemungkinan terjadinya pembentukan blok-blok kerja sama baru yang lebih selektif berdasarkan aliansi geopolitik, sehingga kolaborasi lintas negara mungkin semakin terpolarisasi.





