
Form 13F yang wajib diajukan oleh pengelola dana besar menampilkan data saham yang paling menarik perhatian investor besar. Dalam laporan kuartal Juni 2023, dua manajer miliarder, Stanley Druckenmiller dan Stephen Mandel, memiliki banyak saham Nvidia tapi kemudian menjual seluruh kepemilikan mereka dalam jangka waktu 12 hingga 15 bulan berikutnya.
Nvidia adalah perusahaan terdepan dalam pembuatan GPU untuk pusat data AI, dengan produk unggulan seperti Hopper dan Blackwell. Namun, para pesaing mulai menawarkan chip yang lebih murah dan hemat energi sehingga tekanan kompetitif makin terasa. Ini salah satu alasan mereka menjual saham Nvidia sekaligus mengambil keuntungan besar dari lonjakan harga sahamnya yang meningkat sangat pesat hingga Rp 49.34 quadriliun ($3 triliun) dalam periode ini.
Meski menjual Nvidia, kedua miliarder ini justru meningkatkan investasi di Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSMC). TSMC merupakan perusahaan fabrikasi chip yang sangat penting bagi hampir semua produsen chip AI, termasuk Nvidia dan AMD. TSMC sedang memperluas kapasitas produksi chip canggih yang sangat dibutuhkan untuk pusat data AI yang berkembang pesat.
TSMC juga memiliki diversifikasi pendapatan yang bagus, dengan 28% pendapatan dari chip smartphone, khususnya untuk Apple. Segmen ini memberikan arus kas stabil yang membantu menyeimbangkan ketidakpastian di pasar AI yang fluktuatif dan berisiko.
Secara valuasi, saham TSMC terlihat lebih menarik saat ini dengan rasio P/E sekitar 15, lebih rendah dibanding Nvidia. Hal ini mendorong Druckenmiller dan Mandel untuk menambah saham TSMC di portofolio mereka, menandakan kepercayaan terhadap masa depan permintaan chip di berbagai sektor teknologi.